Rabu, 18 Maret 2009

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NEFROLITIASIS

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat melakukan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Nefrolitiasis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Indikator :
Setelah mengikuti kuliah, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian klien nefrolitiasis
2. Menjelaskan etiologi klien Nefrolitiasis
3. Menjelaskan patofisiologi klien nefrolitiasis
4. Menjelaskan manifestasi klinik klien nefrolitiasis
5. Menjelaskan komplikasi klien nefrolitiasis
6. Menyebutkan diagnostik tes klien nefrolitiasis
7. Menjelaskan penatalaksanaan klien nefrolitiasis
8. Menjelaskan pencegahan klien nefrolitiasis
9. Menerapkan proses keperawatan klien nefrolitiasis

Pengertian
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

Etiologi
Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :
1. Faktor Endogen
a. Faktor genetik familial pada hiper sistinuria
Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
2. Faktor eksogen
a. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
b. Obstruksi dan statis urin
Mempermudah terjadinya infeksi
c. Jenis kelamin
Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
d. Ras
e. Keturunan
f. Air minum
g. Pekerjaan
h. Makanan
i. Suhu

Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simptomatik ataupun asimptomatik .
Teori terbentuknya batu antara lain :
1. Teori inti matriks
a. Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi organik sebagai inti
b. Terdiri dari muko polisakarida dan muko protein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti : sistin , Xantin, asam urat dan Kalsium.
3. Teori Presipitasi - kristalisasi
a. Terjadi pH urin yang mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin.
b. Urin yang bersipat asam akan mengendap sistin, Xantin dan asam urat
c. Urin yang bersifat alkali akan mengendap garam fospat
4. Teori berkurangnya faktor penghambat.
Jenis batu
5. Batu Kalsium
Disebabkan oleh :
a. Hiperkalsiuria : Kalsium => kelebihan alkali . Misalnya Sindroma susu, Kelebihan Vit. B, Imobilisasi, Asidosis Tubular Renalis, Penyakit Paget, Sarkoidosis, Hipertiroiditis, Syndroma cushing, Yang paling sering Hyperkalsiuria Idiopatik.
b. Hiperurikosuria. Hal ini 20 % inti batu dari kristal asam urat karena kemasukan purin berlebihan, misal : ikan, unggas, daging (coto)
c. Hiperoksaluria. Penyebaran oksalat di jaringan ginjal, susunan makanan yang mengandung oksalat yang berlebihan misal : teh, sayuran.
6. Batu Struvite ( Batu campuran )
a. Tripel posfat , magnesium posfat, amonium fosfat, kalsium karbonat = > pH urin yang tinggi.
b. Infeksi sistem urinarius.
7. Batu Asam Urat
a. PH Urin yang rendah, tirah baring yang lama, penderita ileustomi/kolostomi
b. Faktor asupan makanan = > sayur bayam dll.
8. Batu Sistin
Kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
9. Batu Xantin
Resesif autosomal dengan defesiensi santin oksidase terjadi peningkatan xantin plasma .

Gambaran Klinik
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu leukosit meningkat.

Komplikasi
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :
1. Sempurnanya obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Lokasi obstruksi
4. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :
1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

Diagnostik Test
1. Klinik
a. Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan
b. Derajat kerusakan ginjal
c. Riwayat keluarga
d. Analisa batu
e. Tanda dan gejala penyakit penyebab :
1) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.
2) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung - huyung, sakit pada tulang.
3) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.
4) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
b. Hematuria
c. Piuria
d. Kristalisasi
e. bakteriologi
f. Kerangka kerja metabolic
g. Darah
h. Urine
i. Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
j. Status batu
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Pielografi ( IVP)
b. Pieolgrafi retrograd
c. U S G
d. Tomografi
e. CT- Scan

Penatalaksanaan
1. Terapik medik dan simtomatik
a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
b. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 - 10 mg/hr.
2. Terapi mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
3. Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor

Pencegahan
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi
2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

Pengkajian Keperawatan
Data yang dikumpulkan pada klien dgn nefrolitiasis adalah :
1. Aktifitas/Istirahat.
2. Pekerjaan yg banyak duduk dan lingkungan yang temperaturnya tinggi.
3. Eliminasi
4. Adanya riwayat ISK atau pernah Obstruksi batu.
5. Makan dan Minum
6. Adanya riwayat klien mengkonsumsi makan/minuman diet tinggi purin/ juice buah.
7. Nyeri / rasa nyaman
8. Nyeri Kolik
9. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
a. Mengkonsumsi obat antibiotik terlalu lama.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
c. Adanya riwayat Penyakit Ginjal, ISK.
d. Pengetahuan
e. Pemeriksaan Diagnostik.
f. Pemeriksaan urin
g. Pemeriksaan darah lengkap.
h. Radiologi / x-ray
i. IVP
j. CT. Scan
k. Retrograde Cystogram
l. USG

Diagnosa Keperawatan
Setelah analisa data maka dirumuskan Diagnosa keperawatan sesuai prioritas :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraksi ureter, trauma jaringan, terbentuknya edema.
2. Gangguan Pola eliminasi buang air kecil berhubungan dengan iritasi ginjal/ureter, obstruksi mekanik, implamasi, stimulasi kandung kencing oleh batu.
3. Resiko mengalami defisit cairan berhubungan dengan neusea, muntah.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan impormasi yg salah.

Rencana Keperawatan
Tujuan
1. Rasa nyaman nyeri teratasi.
2. Gangguan pola eliminasi teratasi.
3. Tidak terjadi defisit cairan.
4. Klien akan membuka diri meminta informasi.

Intervensi
1. Amati & catat lokasi, durasi, intensitas penyebaran nyeri.
2. Jelaskan penyebab nyeri.
3. Lakukan gate kontrol pada punggung.
4. Ajarkan teknik relaksasi.
5. Beri intake cairan 3000 ml – 4000 ml / hari.
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan.
7. Monitor intake / out put.
8. Amati buang air kecil (b.a.k).
9. Siapkan urine laboratorium.
10. Observasi keadaan kandung kemih.
11. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
12. Amati dan catat kelainan spt muntah.
13. Monitor tanda vital.
14. Beri diet sesuai program.
15. Kolaborasi pemberian cairan intra vena
16. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
17. Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 – 4000 ml/hr.
18. Jelaskan tentang pengaturan diet.
19. Diskusikan bersama klien/kelg ttg aturan pengobatan & jenis makanan.
20. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara teratur.

Evaluasi
Mengarah ke tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar