Sabtu, 28 Maret 2009



senangnya hidup bersaudara ya...................

Sabtu, 21 Maret 2009

assalaamu'alaikum

semoga dapat menambah pengetahuan kita semua..
disini memuat semua makalah yang pernah saya seminarkan bersama teman-teman di kampus..
mungkin junior-junior saya dapat memperbaiki lagi jika ada yang kurang..
terimakasih semua...

Askep Pneumonia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Pnemonia dikatagorikan ISPA yang mencakup saluran pernafasan bagian bawah. Karena infeksinya mengenai paru-paru.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang kelompok kami angkat dalam makalah ini adalah “apakah yang di maksud dengan Pneumonia?”


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Untuk Memahami apa yang dimaksud dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Bawah yaitu Pneumonia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pneumonia
2) Untuk mengetahui anatomi dari Pneumonia
3) Untuk mengetahui etiologi dari Pneumonia
4) Untuk mengetahui patofisiologi dari Pneumonia
5) Untuk mengetahui diagnosis banding dari Pneumonia
6) Untuk mengetahui kaitan dengan aspek etik dari Pneumonia
7) Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan dan Kebutuhan dasar manusia dari Pneumonia
8) Untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa pada Pneumonia
9) Asuhan Keperawatan pada Pneumonia

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pnemonia
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai jaringan paru (alveoli) (DEPKES, 2006).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jarinan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Zul Dahlan, 2006).
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan demam, batuk dan sesk nafas. Selain gambaran umumnya seperti yang telah disebutkan, pneumonia dapat di kenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (rontgent, laboratorium) (Masmoki, 2007).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pnuemonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Paru-paru terisi oleh cairan/puss sehingga terjadi gangguan pernafasan, akibatnya kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada pasien pneumonia adalah:
 batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
 nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)
 menggigil
 demam
 mudah merasa lelah
 sesak nafas
 sakit kepala
 nafsu makan berkurang
 mual dan muntah
 merasa tidak enak badan
 kekakuan sendi
 kekakuan otot.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
 kulit lembab
 batuk darah
 pernafasan yang cepat
 cemas, stres, tegang
 nyeri perut.
2.2 Pembagian Berdasarkan Anatomi
Pembagian pneumonia berdasarkan anatomisnya, dibagi atas 3 bagian:
1. Pneumonia Lobaris;
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia);
3. Pneumonia interstitialis (bronkiolitis);

2.3 Etiologi Pneomonia
Pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikoplasma/mioplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Pneumonia pada bayi baru lahir berawal dari pecahnya ketuban sebelum waktunya yang menyebabkan infeksi pada cairan ketuban. Janin terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan menghirupnya sehingga masuk ke dalam paru-paru.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah Streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, virus antara lain virus influensa.
1) Pneumonia Oleh Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.
2) Pneumonia Oleh Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak-anak) gangguan ini bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
3) Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dunia II. Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati. Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.
4) Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan , gas, debu maupun jamur.
Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi Paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.
Organisme yang menyebabkan pneumonia, kemudian, biasanya organisme tersebut memasuki paru-paru ini berdasarkan pertahanan tubuh seseorang. Namun, ketika seseorang mendapatkan invasi sejumlah besar organisme sekaligus, pertahanan tubuh mungkin roboh, dan infeksi mungkin terjadi. Hal ini dapat terjadi baik oleh menghirup udara yang tercemar, atau oleh lingkungan masyarakat yang endemik pada ventilasi udaranya.
Selain hubungan internal dan jumlah organisme yang cukup untuk menginfeksi, kondisi tertentu dapat membuat seseorang lebih cenderung menjadi pneumonia. Dan struktur anatomis yang cacat dapat menyebabkan meningkatnya risiko pneumonia. Misalnya, ada beberapa cacat yang diwarisi contohnya silia yang kurang efektif dalam perlindungan. Seperti asap rokok dihirup langsung oleh perokok atau ketidak pedulian untuk mencuci tangan, ketidakberjalanan fungsi silari, serta fungsi magrofag.
Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
 Peminum alkohol
 Perokok
 Penderita diabetes
 Penderita gagal jantung
 Penderita penyakit paru obstruktif menahun
 Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker,penerima organ cangkokan)
 Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).
Faktor genetik juga mempengaruhi kerentanan untuk pneumonia. Beberapa perubahan dalam DNA terjadi untuk mempengaruhi beberapa pasien beresiko menjadi seperti pneumonia sebagai komplikasi dari infeksi tiba-tiba.
Pneumonia juga salah satu komplikasi infeksi yang paling sering dari semua jenis operasi. Banyak obat-obatan yang digunakan selama dan setelah operasi bisa meningkatkan resiko aspirasi, mengurangi batuk refleks tersebut, dan menyebabkan pasien untuk ekspirasi paru-paru mereka dengan udara. Nyeri setelah operasi juga membuat seorang pasien untuk tidak bernafas cukup mendalam, dan dari batuk secara efektif.
Perlakuan radiasi untuk kanker payudara meningkatkan risiko radang paru-paru di beberapa pasien oleh melemahnya jaringan paru-paru.

2.4 Patofisiologi Pnemonia
Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen, system yang paling penting untuk menghasilkan energi untuk sel-sel tubuh. Inspirasi udara (udara di nafas Anda) berisi oksigen, dan perjalanan pernafasan bawah bronkus ke alveoli. Oksigen yang bergerak dari alveoli dan sirkulasi dikirim ke seluruh tubuh sebagai bagian dari sel darah merah. Kandungan oksigen dalam udara inspirasi adalah komunikasi dalam alveoli untuk produk limbah metabolisme manusia, karbon dioksida. Udara nafas Anda berisi gas yang disebut karbon dioksida (CO2). Gas yang dikeluarkan oleh alveoli. Pertukaran gas akn terjadi seperti ini berulang, Anda menghirup oksigen, setelah itu yang Anda hembuskan karbon dioksida.
Paru-paru manusia yang sehat adalah steril. Tidak ada parasit yang biasa seperti virus atau bakteri (tidak seperti sistem pernafasan atas dan bagian dari sistem gastrointestinal, dimana bakteri berdiam bahkan dalam keadaan sehat). Ada beberapa lapis penjagaan di sepanjang jalan dari sistem pernafasan. Ini dirancang untuk menjaga invasi oleh organisme untuk infeksi.
Garis pertama pertahanan termasuk bulu dalam nostrils (rambut hidung), yang berfungsi sebagai filter untuk partikel besar. Katup nafas (epiglotis) yang merupakan pintu masuk, yang dirancang untuk mencegah makanan tertelan atau benda lain memasuki laring dan trakea. Batuk dan bersin, terjadi karena adanya irritant dalam sistem pernafasan, membantu untuk mengeluarkan irritant dari sistem pernafasan.
Mukus yang dihasilkan melalui sistem pernafasan, juga berfungsi untuk perangkap debu dan infeksi organisme. Rambut kecil seperti proyeksi (silia) dari sel lapisan sistem pernafasan berfungsi menyeleksi benda asing. Keduanya membawa hasil saringan oleh oleh mukus ke atas dan keluar dari saluran pernafasan. Ini adalah mekanisme perlindungan disebut sebagai mucociliary eskalator.
Sel lapisan sistem pernafasan menghasilkan beberapa jenis zat kekebalan tubuh yang melindungi terhadap berbagai organisme. Lain sel (disebut makrobfag) di sepanjang saluran pernafasan sebenarnya berguna untuk membunuh invasi organisme.
2.5 Diagnosis Banding
Pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis. Keadaan yang menyerupai pneumonia ialah: gagal jantung, aspirasi benda asing, atelaktasis, abses paru, tuberculosis.

2.6 Keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa
Tujuan fisioterapi dada adalah untuk membuang sekresi, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efesiensi pernafasan. Kemampuan mahasisiwa dalam fisioterapi dada yaitu termasuk postural drainase, perkusi dan vibrasi dada, latihan pernafasan/latihan ulang pernafasan dan batuk efektif.
1. Postural Drainase
 Pengertian
Postural drainase adalah peggunaan posisi bersama dengan perkusi dan vibrai untuk mengeluarkan secret dari bagian tertentu di paru dan bronki ke dalam trakea. Dengan cara mnggunakan gaya berat dari secret itu sendiri.
 Tujuan
Memfalisitasi drainase dan ekspektorasi dari paru dan sekresi bronchial dari area khusus dengan pemberian posisi yang tepat pada pasien.
 Indikasi
Kondisi paru bronchitis, fibro sistik, pneumonia, asma, abses paru, penyakit paru obstruksi. Juga untuk profilaksis pasca operasi: orakotomi dan pneumonia stasis.
 Kontraindikasi
Harus diperhatikan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, peningkatan tekanan intrakranial, disapnea dan lansia.

2. Claping (perkusi dada)
Claping dilakukan dengan mengetuk dinding dada di atas daerah yang akan didrainase. Tangan diposisikan sehingga jari-jari dan ibu jari saling menyentuh, tangan membentuk mangkuk. Perkusi pada permukan dinding dada akan mengirimkan gelombang berbagai amplitude dan frekwensi melalui dada sehingga mengukur konsistensi dan lokasi sputum.
Kontraindikasi bagi klien yang mengalami gangguan pendarahan, osteoporosis atau fraktur tulang iga. Dan tidak dapat dilakukan pada pasien emboli paru, hemoragi, aksaserbasi, nyeri hebat (pasien kanker).

3. Vibrasi
Vibrasi merupakan tekanan halus yang menggoyang yang diberikan pada dinding dada hanya selama ekshalasi. Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara yang terperangkap dan menggoyang mukus sehinggalepas dan menyebabkanbatuk. Tidak direkomendasikan pada bayi dan anak kecil.

4. Batuk Efektif
Batuk memungkinkan klien untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Dapat dilakukan dengan memberi intruksi agar pasien dapat memulai dengan nafas dalam, dan mengeluarkan sputup saat ekspirasi dilakukan.




2.7 Asuhan keperawatan pada Pneumonia
2.9.1 Pengkajian
1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Insomnia
Tanda : Latargi
Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2) SIRKULASI
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis.
Tanda : Takikardi.
Penampilan kemerahan atau pucat.
3) INTEGRITAS EGO
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial.

4) MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Riwayat DM.
Tanda : Destensi Abdomen.
Hiperaktif bunyi usus.
Kulit kering dengan turgor buruk.
Penampilan Kakeksia (malnutrisi)

5) NEUROSENSORI
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (Influenza).
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen).

6) NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Sakit Kepala
Nyeri dada (pluritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada subtermal (Influenza).
Malgia, artralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

7) PERNAPASAN
Gejala : Riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret.
Takipnea, disapnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronkial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.

8) KEAMANAN
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun. Misalnya, SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemotrapi, instusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam (misalnya, 38,5-39,60C).
Tanda : Berkeringat.
Menggigil berulang, gemetar.
Kemerahan mungkin ada pada kasus rubela atau varisela.

9) PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana Pemulangan : Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.
Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
2.9.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
I. Diagnosa keperawatan:
Kerusakan Pertukaran Gas
berhubungan dengan : Pneumonia
ditandai dengan : batuk produktif menetap, nafas cepat, sesak nafas, rales, analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna klit sianosis atau keabu-abuan, bunyi nafas tak normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal rendah.
Tujuan umum : mendemontrasikan perbaikan ventilasi.
Tujuan khusus : bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas normal, frekwensi nafas 12-24 per menit, frekwensi nadi 60-100x/mnt, tidak ada batuk, meningkatnya volume inspirasi pada spirometer insentif.

Intervensi Rasional
Pantau:
 Status pernafasan tiap 8 jam
 Tanda vital tiap 4 jam
 Hasol analisa gas darah, foto ronsen, pemeriksaan fungsi paru. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Berikan ekspektoran (kolaborasi) sesuai dengan anjuran dan avaluasi keefektifannya. Tinjau kembali seluruh obat-obatan yang diberikan dan hindari efek samping akibat interaksi dari satu obat dengan obat lainnya. Jadwalkan pemberian obat-obatan untuk mencapai efek terapeutik maksimal. Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat keluar pada saat batuk.
Dorong pasian untuk minum minimal 2-3 liter cairan setiap hari.
Untuk membantu mengelurkan sekresi. Cairan juga untuk membantu mengalirkan obat-obatan dalam tubuh.
Lakukan pengisapan jika pasien menderita kongesti paru tetapi reflrk batuk tidak baik atau terjadi penurunan kesadaran. Pengisapan membersihkan jalan nafas.
Dorong pasien untuk berhenti merokok. Nikotin dapat menyebankan penyempitan.
Pertahankan posisi Fowler’s atau semi Fowler’s. Posisi tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan tekanan abdomen pada diafragma.
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuai kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darah. Jika pasien harus ke unit lain, berikan oksigen portebel. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernafasan untuk pemasangan kanula nasal. Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernafasan dengan menyediakan lebih banyak oksigen untuk diirim ke sel, walaupun kosentrasi oksigen yang lebih tinggi dapat dialirkan melalui maskr oksigen, namun hal tersebutsering kali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distress pernafasan.
Tergantung dari kebijakan, fasilitas dan prosedur atur pemberian terapi pernafasan sesuai dengan anjuran, konsul ke bagian terapi pernafasan atau dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal nafas terjadi diantara jadwal pengobatan. Ahli terapi pernafasan adalah spesialis dalam perawatan pernafasan dan bisanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan faslitas pengobatan yang ada (nebulisasi, drainase postural dan perkusi). Pengobatan aerosol yang biasanya digunakan ialah bronkodilator dan agen mukolitik untuk membantu mengurangi gagal nafas.
Kolaborasi dengan dokter jika gejala-gejala pernafasan yang ada bertambah berat. Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi
Ikuti prosedur pencegahan umum atau pencegahan khusus (menggunakan masker untuk pencegahan penularan melalui pernafasan, menggunakan sarung tangan ketika mengani sekresi tubuh atau darah). Berikan tempat/ kantong sampah yang menempel pada tempat tidur untuk pembuangan sampah dan tisu yang benar. Untuk pencegahan penularan penyakit.
Pertahakan kontrol nyeri yang adekuat, jika pasien secara verbal menyatakan sakit pada pleura (nyeri pleuritik) khususnya sebelum latihan tarik nafas dalam. Monitor pasien secara ketat, setelah pemberian sedatif atau nafkotik. Hindari penggunaan obat tersebut jika frekwensi nafas 12/mnt atau kurang. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik yang dianjurkan. Pasien cenderung melakukan ekspansi toraks terbatas untuk mengontrol nyeri pleuritik. Ekspansi toraks yang terbatas dapat menunjang terjadinya hipoventilasi dan atelektasis. Depresi pernafasan merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian narkotik dan sedatif.
Dorong pasien untuk melakukan nafas dalam tiap 2 jam sekali dengan menggunakan spirometer insentif dan catat perkembangannya. Nafas dalam dapat mengembangkan alveolus dan mencegah atelektasis. Spirometer insentif dapat membantu meningkatkan nafas dalam dan memungkinkan ukuran yang objektif terhadap kemajuan pasien.


II. Diagnosa keperawatan:
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan : Demam, diaforesisdan masuk oral sekunder terhadap proses pneumonia
ditandai dengan : menyatakan haus, hipernatremia, mukosa membran kering, urine kental, turgor buruk, berat badan kurang setiap hari, frekwensi nadi lemah, tekanan darah menurun.
Tujuan Umum : mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Tujuan Khusus : haluan urine >30 ml/jam, BJ urine 1,005-1,0025. Natrium serum dalam batas normal, mukosa membrane lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berat badan, tidak mengeluh kehausan.
Intervensi Rasional
Pantau:
 Masukan dan haluaran setiap 8 jam
 Timbang berat badan tiap hari
 Hasil pemeriksaan analisa urine dan elektrolit serum.
 Kondisi dan mukosa membran Untuk mengidentifikasikan kemajuan-kemajuan atau penyimapangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosismpemeliharaan dan tindakan-tindakan pencegahan. selama fase akut, pasien terlalu lemah dan sesak, untuk meminum cairan peroral secara adekuat dan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat. Jika ada demam maka kebutuhan cairan akan meningkat, karena:
 Keringat yang berlebihan, yang terjadi jika demam membaik.
 Meningkatnya penguapan yang terjad karena vasodilatasi perifer. Hal tersebut terjadi sebagai mekanisme kompensasi yang digunakan oleh tubuh untuk mengelurkan panas.
Berikan cairan peroral sekurang-kurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong pasien untuk minum cairan yang bening yang menganung kalori. Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh., serta menurunkan demam. Cairan bening mencairkan mucus, kalori membantu menanggulangi kehilangan berat badan.
Kolaborasikan dengan dokter jika tanda-tanda kekurangan cairan menetap dan bertambah berat. Ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

III. Diagnosa keperawatan:
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan : kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia
ditandai dengan : menyatakan sesak nafas dan lelah dengan aktivitas minimal
diaforesis
takipnea, dan takikardi, pada aktivitas minimal.
Tujuan Umum : peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Tujuan Khusus : pasien dapat melakukan AKS, dapat berjlan lebih jauh tanpa mengalami nafas cepat, sesak nafas dan kelelahan.
intervensi rasional
Monitor frekwensi nadi dan frekwensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas. Untuk mengidentifikasikan kemajuan-kemajuan atau penyimapangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Tunda aktivitas jika frekwensi nadi dan frekwensi nafas meningkat secara cepat dan pasien mengeluh sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi Gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya intoleran aktivitas. Konsumsi oksigen meningkat jika aktivitas meningkat, daya tahan dapat lebih lama, jika ada waktu istirahat diantara waktu aktivitas.
Bantu pasien dalam melakukan AKS sesuai dengan kebutuhannya. Beri pasien istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktivitas.pertahankan terapi oksigen selama aktivitas, lakukan tindakan pencegahan terhadao komplikasi akibat imobilisasi, jika pasien dianjurkan bedrest lama Untuk menyimpan energi
Kolaborasi dengan dokter jika sesak nafas tetap ada atau bertambah berat saat istirahat. Ini merupakan mulai timbulnya komplikasi.

IV. Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Pertukaran Gas
berhubungan dengan : Perubahan membrane alveolar-kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva oksihemoglobin), gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi)
ditandai dengan Dispnea, sianosis, takikardi, gelisah, perubahan mental, hipoksia.
Tujuan Umum : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distess pernafasan.
Tujuan Khusus : berpartisipasi pada tindakan ntuk memaksimalkan oksigenisasi.
intervensi rasional
Mandiri
Kaji frekwensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/ indikasi drajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral). Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukan hipoksia sistemik.
Kaji status mental. Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukan hipoksemia/ penurunan oksigen serebral.
Awasi frekwensi jantung/irama. Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman untuk menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut tambahan/menghilangkan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau. dingin Demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan influenza)sangan meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenisasi seluler.
Pertahankan istirahat tidur. Dorong dengan menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang. Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif. Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Rujuk pada DK:Bersihan Jalan Nafas)
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan. Jawab pertanyaan dengan jujur. Kunjungi dengan sering, atur pertemuan/kunjungan oleh orang terdekat/pengunjung sesuai indikasi. Ansietas adalah menifestasi klinis masalah psikologis sesuai dengan respon fisiologis terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dan menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologis,
Observasi penyimpangan kondisi, catan hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah. Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumoni dan membutuhkan intervensi medik dengan segera.
Siap untuk pemindahan ke unit perawatan kritis bila diindikasikan. Intubasi dan ventilasi mekanik mngkin diperlukan pada kejadian kegagalan pernafasan.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan nasal prong, masker, masker Venturi.
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mm Hg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengirman tepat dalam toleransi pasien.
Awasi GDA, nadi oksimetri. Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

V. Diagnosa Keperawatan:
Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Berhubungan dengan: ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan)
Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun) penyakit kronis, malnutrisi.
Berhubungan dengan: -
Tujuan Umum : mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
Tujuan Khusus : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan resiko infeksi.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda vital dengan kuat, khususnya selama awal terapi.
Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi syok) dapat terjadi.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret, misalnya meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
Tunjukan/dorong teknik mencuci tangan dengan baik. Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.
Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik. Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual. Tergantung pada type infeksi, respon terhadap antibiotik, kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat. Memudahkan proses penyembuhandan meningkatkan tahanan alamiah.
Awasi keefektifan antimikrobial. Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24-48 jam.
Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan karakteristik sputum. Penyembuhan melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan terhadap antibiotik atau infeksi sekunder. Komplikasi mempengaruhi beberapa/ semua system organ termasuk abses paru/empiema, bakteremia, perikarditis, endokarditis, meningitis/ensefalitis dan superinfeksi
Kolaborasi
Berikan anti microbial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah, misalnya penisilin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sefalosporin, amantadin.
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisasi campuran.

VI. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri(akut)
Berhubungan dengan : Inflamasi parenkim paru
Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
Batuk menetap
Ditandai dengan : Nyeri dada pleuritik
Sakit kepala, otot/nyeri sendi.
Melindungi area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
Tujuan Umum : menyatakan nyeri hilang/terkontrol.
Tujuan Khusus : menunjukkan rileks, istirahat tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.
Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumoni, juga dapat timbul dalam komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
Pantau tanda vital Perubahan frekwensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi, latihan nafas. Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk (Rujuk pada DK: Bersihan Jalan Nafas). Alat untuk mngontrol ketidaknyamanan dada serta meningkatnya keefektifan upaya batuk.
Kolaborasi
Barikan analgesik dan antutusif sesuai indikasi.
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

VII. Diagnosa keperawatan:
Resiko Tinggi terhadap Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan dengan : Peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, bau dan rasa sputum, dan pengobatan aerosol.
Distensi/abdomen/gas yang berhubungan dengan menelan udara selama episode dispnea.
Ditanda dengan : -
Tujuan Umum : menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Tujuan Khusus : mempertahankan/meningkatkan berat badan.
Intervensi Rasional
Mandiri
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Pilih intervensi tergantung pada penyebab masalah.
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/Bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindahan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan. Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
Jadwalkan pengobatan pernafasan 1 jam sebelum makan Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen. Bunyi usus mungkin akan menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
Brikan makan porsi kecil dan sering temasuk makanan kering (roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan maskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan lambatnya respon terhadap terapi.

VIII. Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)
Berhubungan dengan : Kurang terpejanan
Kesalahan interprestasi
Kurang mengingat
Ditandai dengan : permintaan informasi
Pernyataan kesalahan konsep
Kegagalan memperbaiko/berulang
Tujuan Umum : menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan.
Tujuan Khusus : melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi.
Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkanya dengan program pengobatan.
Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identifikasi perawatan diri dan kebutuhan/sumber pemeliharaan rumah. Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat atau membaik, kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagai bentuk dukungan dan bantuan.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal. Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/mengikutu program medik.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk fektif/latihan pernafasan. Selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar untuk kambuh dari pneumonia.
Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat magrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari kerumunan selama musim filek/flu dan orang yang mengelami infeksi saluran nafas atas. Meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas membatasi terpejan pada patogen.
Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksin/imunisasi dengan cepat. Dapat mencegah kmbuhnya pneumonia dan komplikasi yang berhubungan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi keperawatan kesehatan, misalnya meningkatnya dispnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam/mengigil, menetapnya betuk produktif, perubahan mental. Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/meminimalkan komplikasi.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya, diantaranya:
 Pnuemonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru .
 Gejala-gejala : batuk berdahak, nyeri dada, Menggigil, Demam, mudah merasa lelah, sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, merasa tidak enak badan, kekakuan sendi, kekakuan otot.
 Pembagian menurut anatomi paru: Pneumonia Lobaris, Pneumonia lobularis (bronkopneumonia), Pneumonia interstitialis .
 Etiologi : Pneumonia Oleh Bakteri, Pneumonia Oleh Virus, Pneumonia Mikoplasma, Pneumonia Jenis Lain (ex: jamur).
 Asuhan keperawatan pd Pneumonia, Pengkajian: AKTIVITAS/ISTIRAHAT, SIRKULASI, INTEGRITAS EGO, MAKANAN/CAIRAN, NEUROSENSORI , NYERI/KENYAMANAN, PERNAPASAN, KEAMANAN, PENYULUHAN/PEMBELAJARAN .
 Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Pertukaran Gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Intoleran aktivitas, Kerusakan Pertukaran Gas, Resiko Tinggi Terhadap Infeksi, Nyeri(akut), Resiko Tinggi terhadap Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan).
 Intervensi dan Implementasi : Sesuai dengan diagnosa masing-masing.

 Evaluasi : Evaluasi terhadap tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Edisi 8. EGC: Jakarta
Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48


http://209.85.171.104/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.wrongdiagnosis.com/p/pneumonia/intro.htm&prev=/search%3Fq%3Dpnemonia%26start%3D30%26hl%3Did%26sa%3DN&usg=ALkJrhix9XLbVLlZI-bHNQYDyS-6CmYgGg
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf/11_MetodePemilihanAntibiotika.html
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/pneumonia-topic-overview

Kruskal-Wallis Analysis of Rank

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Statistik non parametrik merupakan alternatif dalam memecahkan masalah, seperti pengujian hipotesis atau pengambilan keputusan, apabila statistik parametrik tidak dapat dipergunakan.
Statistik nonparametrik termasuk salah satu bagian dari statistik inferensi atau statistik induktif dan disebut juga statistik bebas distribusi. Statistik nonparametrik adalah statistik yang tidak memerlukan asumsi-asumsi tertentu, misalnya mengenai bentuk distribusi dan hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan nilai-nilai parameter tertentu.
Statistik nonparametrik digunakan apabila:
1) Sampel yang digunakan memiliki ukuran yang kecil.
2) Data yang digunakan bersifat ordinal, yaitu data-data yang bisa disusun dalam urutan atau diklasifikasi rangkingnya.
3) Data yang digunakan bersifat nominal, yaitu data-data yang dapat diklasifikasikan dalam kategori dan dihitung frekuensinya.
4) Bentuk distribusi populasi dan tempat pengambilan sampel tidak diketahui menyebar secara normal.
5) Ingin menyelesaikan masalah statistik secara cepat tanpa menggunakan alat hitung.
Pengujian hipotesis statistik nonparametrik pada dasarnya sama dengan pengujian hipotesis statistik parametrik .Asumsi yang digunakan pada pengujian hipotesis statistik nonparametrik hanyalah bahwa observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti memiliki kontinuitas. Asumsi bahwa variabel yang diteliti memiliki kontinuitas juga diperlukan dalam uji parametrik, namun dalam uji non parametrik, asumsi tersebut lebih longgar.
Uji Kruskal-Wallis merupakan salah satu pengujian dari statistik nonparametrik. Perhitungan dari uji Kruskal-Wallis dengan menggabungkan semua subjek dan diurutkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Jumlah urutan subjek-subjek pada tiap kelompok kemudian dibandingkan.

1.2 Permasalahan
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang salah satu uji dari statistik nonparametric yaitu “Apakah yang dimaksud dengan “Test Kruskal-Wallis analysis of ranks”?”

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
a. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Test Kruskal-Wallis analysis of rank
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank
b. Untuk mengetahui fungsi dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank
c. Untuk mengetahui metode dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank
d. Untuk mengetahui langkah-langkah dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank
e. Untuk mengetahui cara pemakaian dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Uji Kruskal-Wallis
Uji Kruskal-Wallis (H Test) pertama kali diperkenalkan Willian H.Kruskall dan Allen Wallis pada tahun 1952. Uji Kruskal-Wallis dikenal juga sebagai uji H.
Uji Kruskal-Wallis merupakan pengembanan dari uji Mann-Whitney. Metode ini merupakan metode nonparametrik dengan menpergunakan teknik rank (urutan). Uji ini digunakan untuk menguji asumsi pertama yang menjelaskan adanya sifat kenormalan dari distribusi data. Uji ini digunakan untuk membandingkan rata-rata tiga sample atau lebih, sehingga merupakan alternatif dari analisis varian untuk 1 arah (ANOVA) atau pengujian hipotesa 3 rata-rata atau lebih dengan mengunakan distribusi F untuk satu arah dari uji parametrik.
Uji Kruskal-Wallis membutuhkan pemenuhan asumsi yang lebih longgar dari pada ANOVA satu arah, yaitu:
 Sampel-sampel berasal dari populasi independen. Pengamatan satu dan yang lainya independen.
 Sampel dicuplik secara acak dari populasi masing-masing.
 Data diukur minimal dalam skala ordinal.
Jadi, uji Kruskal-Wallis adalah uji yang digunakan untuk menguji kemaknaan perbedaan (jika memang ada perbedaan) beberapa (k) sampel independen dengan data berskala ordinal.

2.2 Fungsi Uji Kruskal-Wallis
Uji H atau Kruskal-Wallis adalah suatu uji statiska yang dipergunakan untuk menetukan apakah k sample independen berasal dari populasi yang sama ataukah berbeda. Sampel-sampel yang yang diambil dari populasi dapat berbeda, hal ini dapat terjadi karena populasi yang berbeda atau populasi yang sama. Apabila populasi yang sama, maka perbedaan itu hanyalah karena faktor kebetulan saja. Metode Kruskal-Wallis atau uji H menguji suatu hipotesa Null yang menyatakan bahwa k sampel berasal dari populasi yang sama atau identik.

2.3 Metode Uji H
Metode uji H, masing-masing nilai data observasi diganti dengan ranking atau skor. Semua sampel yang ada dalam k diurutkan dalam satu rangkaian. Nilai data terkecil diberi skor atau ranking 1 dan seterusnya untuk seluruh data pada k sampel. Atau dapat ditulis\suatu random terdiri dari n1, n 2, ……, n k dari populasi sebesar K, maka n = n1 + n2 + …….+ nk , sedang jumlah ranking (R) dinyatakan dengan R1 + R2 + ……+ Rk.
Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
 Ho = Distribusi semua populasi identik (yaitu k populasi dari mana sampel yang memiliki mean yang sama (x1 = x2 = x3 = ……. = x k) ).
 Hi = Paling sedikit satu populasi menunjukan nilai-nilai yang lebih besar dari pada populasi lainnya (yaitu k poplasi dari mana sampel diambil tidak memiliki mean yang sama, sedikitnya ada 1 mean yang tidak sama (x1 ≠ x2 ≠ x3 ≠ ……. ≠ x k) ).

2.4 Langkah-langkah Kruskal-Wallis
1) Ukuran sampel adalah nj, dengan j = 1, 2, 3,….., k. Ukuran sampel total disebut N. Format table Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 1
SAMPEL (KELOMPOK)
I
x11
x21
x31

Xn11 II
x12
x22
x32

Xn22 III
x13
x23
x33

Xn33 …




… k
x1k
x2k
x3k

Xnkk


2) Semua nilai pengamatan dari seluruh (k) sampel independen digaungkan dalam satu seri.
3) Tiap nilai pengamatan diberi peringkat mulai dari 1 untuk nilai terkecil, sampai dengan n untuk nilai terbesar. Jika terdapat angka-angka sama, peringkat yang diberikan adalah peringkat rata-rata menurut posisi peringkat jika saja tidak terdapat angka-angka sama.
4) Peringkat dalam masing-masing sampel dijumlahkan dan jumlahnya disebut R. Jika hipotesis Null benar, peringkat-peringkat akan tersebar merata diantra sampel-sampel itu, sedemikian rupa sehingga jumlah peringkat sampel (Rj) proporsional dengan ukuran sampel (nj). Besarnya perbedaan antara peringkat pengamatan dan peringkat yang peringkat yang hipotesis Null nya benar tercermin dari besarnya statistik H.
5) Setelah data tersusun dari langkah (1) sampai (4), di dapat stastistik uji Kruskal-Wallis dengan rumus:


Keterangan:
k = banyaknya sampel (independen).
nj = ukuran sampel ke-j, dengan j = 1, 2, 3,….., k.
N = jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel
Rj = jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1, 2, …., k.

Pada keadaan dengan Ho benar, statistik uji H Kruskal Wallis didistribusikan seperti disajikan pada tabel H (Kruskal-Wallis). Nilai-nilai kritis H untuk berbagai ukuran sampel n dan tingkat kemaknaan  disajikan pada tabel H (Kruskal-Wallis) tersebut. Lebih dari itu, jika ukuran n besar ternyata distribusi statistik uji H Kruskal-Wallis dapat didekati dengan ditribusi pencuplikan 2 dengan derajat bebas k – 1. Kedua distribusi pencuplikan itu memberikan kita dua pilihan aturan pengembilan keputusan statistik.
Keputusan statistik diambil dengan aturan sebagai berikut:
1) Jika k ≤ 3 dan nj ≤ 5 buah pengamatan, kemaknaan statistik H hitung ditentukan dengan mengacu kepada Tabel H (Kruskal-Wallis). Hipotesis Null ditolak apabila probabilitas untuk memperoleh nilai sebesar dengan statistik uji H yang telah di hitung adalah lebih kecil atau sama dengan .
2) Jika k > 3 dan nj > 5, maka kita digunakan Tabel C (Kai Kudrat). Statistic H dapat langsung dibandingkan dengan nilai kritis 2 tabel dengan derajat bebas = k – 1 dan tingkat kemaknaan . Ho ditolak bila statistik H ≥ 2 tabel.

Nilai-nilai pengamatan dengan angka saadiberi peringkat rata-rata menurut posisi peringkat jika saja tidak terdapat angka sama.
Karena angka-angka sama itu berpotensi mempengaruhi kuantitas statistik uji H, statistik uji H Kruskal-Wallis perlu dikoreksi dengan faktor koreksi sebagai berikut:

Keterangan:
Tj = tj3 - tj
tj = banyaknya peringkat yang sama dalam kelompok ke j, dengan j = 1, 2,…
, k.

Formual statistk uji H Kruskal-Wallis yang telah dikoreksi menjadi sebagai berikut:





2.5 Contoh dari Uji Kruskal-Wallis
Asam arakhidonat diketahui berpengaruh terhadap metabolisme okuler. Pemberikan topical asam arakhidonat menyebabkan gejala dan tanda, antara lain penutupan kelopak mata, gatal-gatal dan kotoran mata. Sebuah eksprimen berminat mempelajari efektivitas anti-inflamasi okuler tiga jenis obat terhadap penutupan kelopak mata setelah pemberian asam arakhidonat.
1) DATA
Sebuah eksprimen dilakukan untuk membandingkan efek tiga jenis obat: indomethacine Aspirin, dan piroxicam terhadap penutupan kelopak mata 13 ekor kelinci putih sesudah pemberian asam arakhidonat.
Kedua belah mata dari semua kelinci percobaan diberi larutan asam arakhidonat. Sepuluh menit kemudian, mata kiri diberi larutan saline, sedangkan yang kanan diberi salah atu obat anti-inflamasi. Lima belas menit kemudian, perubahan pembukaan kelopak mata dinilai dengan skor 0 sampai 3, sebagai berikut:
Skor 0 = tidak ada perubahan pembukaan
Skor 1 = perubahan pembukaan minimal
Skor 2 = perubahan pembukaan sedang
Skor 3 = perubahan pembukaan maksimal
Efektivitas (x) didefenisikan sebagai selisih antara perubahan pembukaan kelopak mata kanan dan kiri. Nilai x yang besar menunjukan efektivitas obat hasilnya disajikan pada Tabel 2
Karena varibel diukur dalam sakal ordinal (0, 1, 2, 3), maka teknik non parametrik tepat digunakan untuk membandingkan ketiga jenis obat. Dapatkah kita menarik kesimpulan bahwa ketiga jenis obat tersebut mempunyai efektivitas yang sama sebagai anti-inflamasi okuler, pada  = 0,01.




Tabel 2.Pengaruh tiga jenis obat anti-inflamasi okuler pada penutupan kelopak mata 13 kelinci putih, setelah pemberian asam arakhidonat.
INDOMETHACINE ASPIRIN PIROXICAM
SKOR* PERINGKAT SKOR* PERINGKAT SKOR* PERINGKAT
+3 11,5 +1 3,5 +2 7,5
+3 11,5 0 1 +2 7,5
+2 7,5 +2 7,5 +3 11,5
+1 3,5 +1 3,5 +1 3,5
+3 11,5
R1 = 45,5 R2 = 15,5 R3 = 30

2) ASUMSI
Semua sampel independen dan dicuplik secara acak dari populasi masin-masing.
3) HIPOTESIS
Ho = distribusi populasi perubahan pembukaan kelopak mata pada ketiga jenis
obat identik.
Hi = paling sedikit satu populasi menunjukan nilai-nilai yang lebih besar dari
pada lainnya.
Telah ditentukan  = 0,01
4) STATISTIK UJI
Kita gunakan statistik uji Kruskal-Wallis sebagai berikut



5) DISTRIBUSI STATISTIK UJI
Kita gunakan distribusi statistik H Kruskal-Wallis sebab k ≤ 3 dan nj ≤ 5. nilai-nilai kritis H untuk berbagai ukuran sampel dan tingkatan kemenakan  disajikan pada tabel H (Kruskal-Wallis).
6) ATURAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ho ditolak apabila probabilitas untuk memperoleh nilai sebesar atau sama dengan statistik uji H yang telah dihitung ≤  = 0,01.
7) PENGHITUNGAN STATISTIK UJI
Setelah 3 sampel digabungkan dalam satu seri dan diberi peringkat, hasilnya terlihat pada tabel di atas. Apabila hipotesis null benar, peringkat-peringkat tersebut akan tersebar merata diantara ketiga sampel, sedimikian rupa sehingga jumlah peringkat sampel (Rj) sesuai dengan ukuran sampel (nj). besarnya perbedaan antara peringkat pengamatan dan peringkat yang hipotesis null nya benar tercermin dari besanya statistik H.



8) KEPUTUSAN STATISTIK
Tabel H memperlihatkan bahwa untuk nj = 5, 4, dan 4, maka probabilitas untuk memperoleh niali H ≥ 4,095 adalah lebih besar dari pada  = 0,102. karena p > 0,102, maka Ho tidak dapat ditolak.
9) KESIMPULAN
Kita simpulkan tidak terdapat perbedaan potensi anti-inflamasi okuler yang bermakna antara ketiga jenis obat. Untuk uji ini p > 0,102.
Karena terdapat beberapa peringkat yang sama pada gabungan ketiga sampel itu, statistik H perlu dikoreksi. Perhitungan koreksi adalah sebagai berikut:
Kelompok samapel I T1 = 33 -3 = 24
Kelompok samapel II T2 = 23 -3 = 6
Kelompok samapel III T3 = 23 -3 = 6
∑ T123 = 36

Faktor koreksi:



Akhirnya, statistik H dengan koreksi ialah:

Statistik uji Hkoreksi = 4.163 tidak bermakna (p > 0,102).
Dari formula Hkoreksi, bisa ditarik kesimpulan bahwa faktor koreksi akan memperbesar statistik H. seperti dijabarkan diatas, Hkoreksi = 4.163 > H sebelum koreksi H = = 4,095. Jadi, apabila tanpa koreksi statistik H sudah bermakna pada tingkat kemaknan , koreksi itu tidak diperlukan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dipaparkan dari pembahasan tentang Test Kruskal-Wallis analysis of rank adalah sebagai berikut:
1. Test Kruskal-Wallis analysis of rank merupakan salah satu dari uji statistik nonparametrik.
2. Test Kruskal-Wallis analysis of rank adalah uji yang digunakan untuk menguji kemaknaan perbedaan (jika memang ada perbedaan) beberapa (k) sampel indenpeden denagn data berskala ordinal.
3. fungsi dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank adlah untuk membandingkan rata-rata 3 sampel atau lebih dengan menentukan apakah k sampel independen berasal dari populasi yang sama ataukah berbeda.
4. metode Test Kruskal-Wallis analysis of rank menguji suatu hipotesa null yang menyatakan bahwa k sampel berasal dari populasi yang sama/identik.
5. Test Kruskal-Wallis analysis of rank disebut juga dengan uji H.
6. adapun formula dari Test Kruskal-Wallis analysis of rank adalah



Keterangan:
k = banyaknya sampel (independen).
nj = ukuran sampel ke-j, dengan j = 1, 2, 3,….., k.
N = jumlah pengamatan seluruh kelompok sampel
Rj = jumlah peringkat pada sampel ke-j, dengan j = 1, 2, …., k.

DAFTAR PUSTAKA


Boedijoewono, Noegroho. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan. AMP YKPN: Yogyakarta
Boedijoewono, Noegroho. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan. Edisi ke 2. AMP YKPN: Yogyakarta
Hasan, M Iqbal. 1999. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensi). Bumi Aksara
: Jakarta
Murti, Birma. 1996. Penerapan Metode Statistik Nonparametrik dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. PT Gramedia Pustaka: Jakarta
Siegel, Sidney. 1997. Staistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

komunikasi dengan pasien tidak sadar(koma)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Didalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya, baik melalui komunikasi verbal maupun non verbal, dan akan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pentingnya hubungan yang terjadi antar sesama manusia dikemukakan oleh Klinger (1977) yang mengatakan bahwa hubungan dengan manusia lain ternyata sangat mempengaruhi manusia itu sendiri. Manusia tergantung terhadap manusia lain karena manusia adalah makhluk yang selalu berusaha mempengaruhi, yaitu melalui pengertian yang diberi, informasi yang dibagi, serta semangat yang disumbangkan. Semuanya dapat membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan meneguhkan prilaku manusia.
Selama beberapa dekade terakhir, keperawatan khususnya dalam hal komunikasi antara perawat dan klien telah mengalami perubahan-perubahan yang mengagumkan. Perubahan ini tidak hanya ditujukan pada sifat interaksi antara pasien klien dengan perewat, tetapi juga pada status dan wewenang perawat. Dalam hal ini Rogers (1974) mengidentifikasi bahwa yang diperlukan untuk menciptakan komunikasi yang baik antara perawat dan pasien yaitu kepedulian yang mendalam atau penerimaan yang penuh dari perawat terhadap klien, dan Authier (1986) mengatakan sebagai suatu cara mendengarkan pasien sepenuhnya. Ellis (1992) mengatakan bahwa komunikasi adalah hal yang mendasar dari semua hubungan profesional dalam lingkungan kerja, yang disebut ‘jaring hubungan’. Perawat profesional harus mampu membedakan saluran dan gaya komunikasi serta memilih metode komunikasi yang paling sesuai dengan situasi pasien dan keluarga. Tetapi ada perbedaan pendapat tentang konsep bawah sadar memang berguna atau perlu ilmu khusus untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak sadar. Dan dalam menyingkapi situasi yang seperti ini, seorang perawat harus mampu bertindak sesuai dengan skill yang dimilikinya.
Para perawat berada dalam pekerjaan dimana komunikasi interpersonal merupakan inti dari pekerjaan. Semua tugas keperawatan berkisar pada kebutuhan bagi perawat untuk menjadi komunikator yang efektif, apakah dalam berhubungan dengan rekan kerja atau dengan klien.

B. Permasalahan
Dalam makalah ini kami mengangkat masalah mengenai “Bagaimana berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar”

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berhubungan dengan metode berkomunikasi dengan pasien tidak sadar yaitu sebagai berikut:
a. Menyadari betapa pentingnya komunikasi dengan pasien yang tidak sadar.
b. Mengetahui teknik-teknik dalam berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar.
c. Mengetahui prinsip-prinsip dalam berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pasien yang Tidak Sadar
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan. Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali pun.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.

B. Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar
a. Fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar
Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Mengandalikan prilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.

3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.

4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas. Dibawah ini akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien, terhadap klien tidak sadar.
Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.

b. Dimensi Hubungan yang Membantu
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu dalam komunikasi terapeutik.
1. Rasa Percaya
Rasa percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan, selalu ada jika sedang diperlukan. Hubungan yang mempercaya ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien percaya bahwa perawat ingin merawat demi kebaikan klien sendiri. Komunikasi perawat dengan klien yang tidak sadar rasa percaya dapat tumbuh pada klien jika perawat dapat menunjukan semua tindakan ingin membantu klien serta dengan komunikasi yang baik pula. Untuk meningkatkan rasa percaya klien, perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu terjadinya rasa percaya.
2. Empati
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungan membantu. Rasa empati yaitu merasakan, memahami kondisi klien pada saat itu. Rasa empati ini sangat membantu hubungan terapeutik perawat dengan klien. Dari point ini perawat dapat menjadi pemotivasi terhadap klien dengan adanya rasa empati, hubungan yang terjalin akan menjadi lebih efektif.
3. Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Perawat menunjukkan perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka sebagai individu. Perawat menghargai pasien yang tidak sadar selayaknya pasien yang sadar, bahwa klien tetap mengetahui apa yang perawat komunikasikan selayaknya ia sadar. Klien akan merasakan bahwa perawat menunjukan perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya. Perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stress akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan.
4. Autonomi
Autonomi adalah kemampuan mengontrol diri. Perawat dituntut untuk tidak menyepelekan hal ini. Setiap manusia itu unik dan tiada yang sama. Perawat harus berusaha mengontrol diri terhadap hal-hal yang sensitif terhadap klien. Pada pasien yang tidak sadar, perawat harus berhati-hati untuk berbicara hal yang negatif di dekat klien, karena hal itu sangat berpengaruh terhadap klien.
5. Mutualitas
Mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi dengan sesama. Perawat dan klien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam perawatan. Perasaan untuk merasakan bahwa kita saling membutuhkan dapat menumbuhkan hubungan yang membantu dalam komunikasi terapeutik. Akan terjalin rasa percaya pada klien terhadap perawat yang dapat membantu penyembuhan klien.

C. Cara berkomunikasi dengan pasien tak sadar
Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:
a. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
b. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
c. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
d. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar.
Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

D. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi dengan Pasien yang tidak Sadar
Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
a. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan yang dipaparkan adalah:
a. Pasien dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan.
b. Pada pasien yang tidak sadar bersifat tidak responsif, tetapi masih dapat merasakan rangsangan. Pendengaran sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi.
c. Karakteristik komunikasi dengan pasien yang tidak sadar adalah tidak adanya umpan balik (feed back).
d. Fungsi dari komunikasi dengan pasien yang tidak sadar adalah sebagai perkembangan motivasi, pengungkapan emosional dan sebagai informasi.
e. Dimensi yang membantu dalam berkomunikasi diantaranya rasa percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.
f. Teknik berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar meliputi menjelaskan, memfokuskan, memberi informasi dan mempertahankan ketenangan.
g. Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan komunikasi satu arah dan memiliki prinsip-prinsip yang harus diterapkan.

B. Saran
Bidang komunikasi interpersonal telah mendapat perhatian dari para pendidik perawat, namun usaha untuk lebih meningkatkan pembelajaran mengenai komunikasi pada tingkat verbal-terbuka serta pesan-pesan non verbal harus lebih ditingkatkan lagi. Dalam tindakan-tindakan komunikasi interpersonal, terdapat kebutuhan untuk mempertimbangkan konteks sosial yang lebih luas, karakteristik sosial dari pengirim dan penerima komunikasi dan struktur kekuasaan diantara orang-orang yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA


Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/26_Koma.pdf/26_Koma.html

http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2004&edisi=494&file=warna0103&page=03

http://id.wikipedia.org/wiki/Koma_(medis)

http://209.85.175.104/search?q=cache:LRtNdao1RWYJ:www.sumeks.co.id/index.php%3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D15495%26Itemid%3D2+pasien+koma&hl=id&ct=clnk&cd=19&gl=id

memandikan pasien di tempat tidur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perawat bekerja dengan bervariasi klien yang memerlukan bantuan hygiene pribadi atau harus belajar teknik hygiene yang sesuai. Hygiene adalah ilmu kesehatan. Cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka disebut hygiene perorangan. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Seperti pada orang sehat memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memelukan bantuan perawat untuk melakukan praktek kesehatan yang rutin. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktek hygiene klien. Perawat menentukan kemampuan klien untuk melakukan perawaan diri dan memberikan perawatan hygiene menurut kebutuhan dan pilihan klien.
Memandikan klien merupakan bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorisasikan sebagai pembersihan atau terapetik. Mandi adalah salah satu cara mempertahakan kebersihan kulit. Mandi akan membantu menciptakan suasana rileks, menstimulasi sirkulasi pada kulit, meningkatkan rentang gerak selama mandi, meningkatkan citra diri dan menstimulasi kecepatan maupun kedalaman respirasi.
Ketika klien tidak mampu mandi atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan penting atau mengajarkan keluarga atau temannya bagaimana memberikan hygiene dengan cara dan pada waktu yang tepat. Interaksi antara perawat dan klien selama mandi atau perawatan kulit akan memberi perawat kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang berarti dengan klien.
Mengganti alat tenun (bad making) atau yang lebih dikenal dengan merapikan tempat tidur merupakan bagian personal hygiene karena tempat tidur yang bersih dan rapi memberikan keamanan dan kenyamanan untuk peningkatan kesejahteraan pasien.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah bagaimana teknik-teknik memandikan pasien di tempat tidur dan bad making.

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana cara memandikan pasien di tempat tidur dengan tepat dan benar.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara merapikan tempat tidur (bad making) dengan cepat dan efektif.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Dasar Teori
Beberapa pasien mungkin harus dimandikan di tempat tidur. Pasien lain dengan izin dokter diperbolehkan untuk mandi tub atau mandi shower. Perawatann mandi dengan air hangat dan sabun yang lembut diberikan untuk menghilangkan kotoran dan keringat, meningkatan sirkulasi dan memberikan latihan ringan pada pasien (Hegner, 2003).
Mandi parsial atau mandi sebagian di tempat tidur termsuk memandikan hanya bagian badan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau bau jika tidak mandi (misalnya tangan, muka, daerah perineal dan axilla) (Potter, 2006).
Kamar pasien tanpa melihat tempat tidurnya adalah rumah bagi pasien selama ia berada di Rumah sakit. Tempat tidur yang rapi memberikan keamanan dan kenyamanan yang sangat berperan penting bagi kesejahteraan pasien (Hegner, 2003).
Sikap baring pasien sebaiknya diusahakan yang menyenangkan baginya. Pasien yang tidak dapat bergerak aktif sendiri karena lumpuh atau pingsan harus diubah sikap baringnya 2 sampai 3 jamkarena daerah yang tertekan terus menerus dapat terganggu aliaran darahnya sehingga mudah timbul dekubitus (Rosmawarna, 1985).

2.2 Tujuan Tindakan
2.2.1 Tujuan Tindakan memandikan pasien di tempat tidur
1. Membersihkan badan
2. Memberikan perasaan segar
3. Merangsang peredaran darah, otot-otot, dan urat saraf bagian periver (saraf tepi)
4. Sebagai pengobatan
5. Mencegah timbulnya luka dan komplikasi pada kulit
6. Mendidik penderita dalam kebersihan perorangan
2.2.2 Tujuan Tindakan membereskan tempat tidur (bad making)
1. Agar kamar tidur pasien terlihat lebih bersih dan rapi
2. Menciptakan rasa aman bagi pasien
3. Agar tidak menimbulkan cidera pada pasien yang harus berbaring total (bedrest)

2.3 Prinsip memandikan pasien
1. Bersih
2. Menjaga privasi

2.4 Indikasi
2.4.1 Indikasi memandikan pasien di tempat tidur
1. Semua pasien untuk memenuhi kebutuhan hygienenya
2.4.2 Indikasi membereskan tempat tidur (bad making)
1. Pada penderita bedrest
2. Pada pasien sesak nafas
3. Pada pasien yang tidak dapat tidur terlentang
2.5 Alat dan Bahan
2.5.1 Alat dan Bahan tindakan memandikan pasien di tempat tidur
1. Baskom mandi dua buah, masing-masing beridi air dingin dan air hangat
2. Pakaian pengganti
3. Kain penutup
4. Handuk dua buah
5. Sarung tangan pengusap badan (Washcloth) dua buah
6. Tempat untuk pakaian kotor
7. Sampiran
8. Sabun
9. Bedak, deodorant, lotion
10. Stik menicure, sikat kuku, neirbekken (perawatan kuku)
11. Sisir, sampo (perawatan rambut)
12. Sikat gigi, pasta gigi (perawatan mulut dan gigi)
2.5.2 Alat dan Bahan tindakan membereskan tempat tidur (bad making)
1. Tempat tidur, kasur, bantal
2. Seprei besar dan kecil
3. Perlak
4. Selimut
5. Sarung bantal
6. Keranjang/plastik tempat kain kotor
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Kerja
3.1.1 Cara kerja tindakan Memandikan Pasien di Tempat Tidur
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan . Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan memberikan privasi
3. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
4. Pastikan semua jendela dan pintu dalam keadaan tertutup.

5. Atur posisi pasien.
6. Lepaskan pakaian tidur pasien dan letakkan di tempat pakaian kotor ( pasien dianggap tidak memakai infus)
a. Longgarkan pakaian mulai dari leher
b. Lepaskan pakaian menuruni lengan
c. Pastikan bahwa pasien diselimuti dengan selimut mandi .
d. Jika pada saat itu pasien sedang diinfus:
1) Lepaskan pakaian dari lengan yang tidak diinfus
2) Gulung lengan pakaian itu ke belakang badan dan melewati lengan dan lokasi yang diinfus. Hati-hati dengan selang infus.
3) Lipat bahan pakaian itu dengan satu tangan sehingga tidak ada tarikan atau tekanan pada selang dan perlahan-lahan turunkan pakaian melewati ujung jari
4) Dengan tangan yang lain, angkat selang infus dari tiangnya dan masukkan dalam lipatan pakaian (gbr 6) pastikan untuk tidak merendahkan botol infus. Tarik pakaiannya (gbr 7), kembalikan botol infus ke tiang penggantungnya.

7. Bantulah pasien untuk bergerak ke sisi tempat tidur yang dekat dengan anda. Mulailah dengan yang trjauh dari anda.
8. Lipat handuk wajah di tepi atas selimut mandi agar tetap kering. Pakai sarung tangan jika perlu.
9. Buat sarung tangan dengan meliapat washcloth di sekitar tangan.
a. Basahi washcloth.
b. Basuh mata pasien, gunakan ujung handuk yang berbe.
c. Usap dari dalam keluar.
d. Jangan menggunakan sabun dekat mata.
e. Jangan menggunakan sabun pada wajah kecuali permintaan pasien.
10. Bilas washcloth dan beri sabun jika pasien menginginkan. Peras washcloth, jangan meninggalkan sabun dalam air.
11. Basuh dan bilas wajah, telinga dan lehernya dengan baik, gunakan handuk untuk mengeringkannya.
12. Buka lengan pasien yang terjauh (terjauh dari anda). Tutupi ranjang dengan handuk mandi yang diletakkan di bawah lengan.
a. Basuh,dengan arah akral (ujung) ke arah axilla, bilas dan keringkan lengan dan tangan.
b. Pastikan axilla bersih dan kering.
c. Ulangi untuk lengan yang lain (lengan yang terdekat dari anda).
d. Pakaikan deodorant dan bedak jika pasien memintanya atau membutuhkannya.
 Perawatan Kuku.
a. Letakkan tangan dalam baskom air, rendam kurang lebih selama 2 menit dan sikat dengan beri sabun bila kotor. Basuh tangan dengan hati-hati. Bilas dan keringkan. Tekan kutikula (dasar kuku) dengan lembut menggunakan handuk ketika mengeringkan jari tangan.
b. Letakkan tangan di nierbekken. Bersihkan kuku bagian dalam stik manikur. Bentuk kuku dengan emery board. Hati-hati jangan memotong kuku terlalu pendek. Jangan memotong kuku jika pasien diabetes.
13. Tutupi dada pasien dengan handuk mandi. Kemudian lipat selimut sampai ke pinggang di bawah handuk :
a. Basuh, bilas dan keringkan bagian dada .
b. Bilas dan keringkan lipatan di bawah payudara pasien wanita untuk menghindari iritasi kulit.
c. Beri sedikit bedak jika perlu sesuai dengan ketentuan fasilitas.
d. Jangan biarkan bedak menempel.
14. Lipat selimut mandi sampai ke daerah pubis (tempat genitalia eksterna). Basuh, bilas dan keringkan daerah abdomen. Lipat selimut mandi ke atas untuk menutupi perut dan dada. Ambil handuk dari bawah selimut mandi.
15. Minta pasien untuk menekuk lututnya, jika mungkin. Lipat handuk mandi ke atas agar paha, tungkai dan kaki terbuka. Tutupi ranjang dengan handuk mandi.
a. Letakkan baskom mandi di atas handuk.
b. Letakkan kaki pasien di dalam baskom .
c. Basuh dan bilas tungkai dan kaki.
d. Pada saat memindahkan kaki, topang kaki dengan benar.
16. Angkat kaki dan pindahkan baskom ke sisi lain tempat tidur. Keringkan tungkai dan kaki. Keringkan dengan baik sela-sela jari kaki.
17. Ulangi untuk tungkai dan kaki yang lain. Angkat baskom dari tempat tidur sebelum mengeringkan tungkai dan kaki.
18. Lakukan perawatan kuku jika perlu. Usapkan lotion pada kaki pasien yang berkulit kering.
19. Bantu pasien untuk miring ke arah yang berlawanan dengan anda. Bantu pasien untuk bergerak ke tengah tempat tidur. Letakkan handuk mandi memanjang berdekatan dengan punggung pasien.
a. Basuh, bilas dan keringkan leher, punggung dan bokong.
b. Gunakan usapan yang tegas dan memanjang ketika membasuh punggung. Beri lotion, massage

20. Usapan punggung biasanya dilakukan pada saat ini. Bantu pasien telentang.
21. Letakkan handuk di bawah bokong dan tungkai atas. Letakkan washcloth, sabun, baskom,dan handuk mandi dalam jangkauan pasien (gbr 17).
22. Minta pasien untuk menyelesaikan mandinya dengan membersihkan genitalianya. Bantulah pasien jika perlu. Anda harus mengambil alih tanggung jawab tersebut, jika pasien mengalami kesulitan. Seringkali pasien merasa enggan uuntuk meminta bantuan. Jika membantu pasien, gunakan sarung tangan sekali pakai.
a. Untuk pasien wanita,basuh dari depan ke belakang, keringkan dengan hati-hati.
b. Untuk pasien pria, pastikan untuk membasuh dan mengeringkan penis, scrotum, dan daerah pangkal paha dengan hati-hati.
23. Lakukan latihan rentang gerak sesuai perintah.
24. Tutupi bantal dengan handuk. Lakukan perawatan rambut, sisir atau sikat rambut pasien. Perawatan mulut biasanya diberikan pada saat ini.
25. Letakkan handuk-handuk dan washcloth di tempat linen kotor.
26. Siapkan pakaian bersih. Jika pasien memakai infus, tanyakan pada perawat sebelum melakukan prosedur a sampai f. Tanyakan apakah pakaian (1) dimasukkan melewati lengan yang terpasang infus atau (2) tidak memasukkan lengan hanya menutupi bahu (seperti jika pasien memakai infus multiple atau pompa infus) jika keadaannya seperti nomor 1, maka:
a. Pegang lengan baju di sisi selang infus dengan satu tangan.
b. Angkat botol infus dari tiangnya, pertahankan ketinggiannya.
c. Selipkan botol infus melalui lengan bahu dari bagian dalam dan gantung kembali botol infus tersebut.
d. Tarik baju sepanjang selang infus sampai ke tempat tidur.
e. Masukkan pakaian melalui tangan. Lakukan dengan hati-hati agar tidak mempengaruhi area infusan.
f. Posisikan pakaian pada lengan yang terpasang selang infus. Kemudian masukkan lengan yang satunya.
27. Bersihkan dan kembalikan alat-alat.
28. Letakkan washcloth dan handuk-handuk bersih di sandaran sisi tempat tidur atau gantung.
29. Ganti linen setelah melakukan prosedur merapikan tempat tidur occupied. Ganti dan letakkan linen kotor pada tempat linen kotor.
30. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur.
31. Ingatlah untuk mencuci tangan anda.
32. Laporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu, memandikan di tempat tidur dan reaksi pasien.

3.1. Cara kerja tindakan membereskan tempat tidur (bad making)
A. Menyiapkan tempat tidur tanpa pasien
1. Cuci tangan
2. Letakkan seprei dengan lipatan memanjang dengan garis tengahnya untuk menentukan tengah-tengah tempat tidur
3. Masukkan seprei bagian kepala ke bawah kasur kira-kira 30 cm.
4. Masukkan seprei bagian kaki ± 25 cm, lalu kita membuat sudut dari kepala, terus ke bagian kaki.
5. Masukkan sisi-sisi dari seprei ke bawah kasur .

6. Letakkan perlak melintang ± 50 cm dari garis kasur bagian kepala, lalu dimasukkan ke bawah kasur bersama-sama.
7. Letakkan selimut ± 15 cm dari garis kasur bagian kepala, masukkan selimut bagian kaki ke bawah kasur bersama-sama.
8. Sarung bantal dipasang, bantal diletakkan dengan bagian yang tertutup kejurusan pintu.
9. Bereskan alat-alat lalu cuci tangan
1. Melipat Sisi dengan Cara “mitred corners”
Selipkan seprei di bagian bawah tempat tidur dan biarkan bagian sisi lepas. Angkat sisi seprei, sekitar 45 cm (18 inchi) dari sudut ranjang. Selipkan bagian top sheet yang tergantung lepas dekat sudut tempat tidur. Sisi seprei lipat ke bawah tempat tidur
2. Melipat Seprei atau Selimut di Tempat Tidur
Setelah seprei atau selimut dipasang di atas tempat tidurangkat dulu bagian tengah bawah sekitar 30 cm (12 inchi) ke atas sebelum anda selipkan ke bawah kasur. Kemudian lipat ke satu sisi sedemikian rupa sehingga merupakan ploi bara selipkan seprei atau selimut tersebut ke bawah kasur (gbr 27).
Mengganti Sarung Bantal
Masukkan tangan ke dalam sarung bantal, pegang sudut-sudut terjauh bantal tersebut lalu lipatkan posisinya di dalam sarung bantal. Secara bertahap masukkan bantal ke dalam sarungnya.

Membereskan tempat tidur yang ditempati pasien
 Oleh satu perawat
1. Tempatkan kursi memunggungi sisi bawah tempat tidur.
2. Lepaskan alas pada satu sisi tempat tidur, baru pada sisi yang lain.
3. Angkat semua bantal kecuali satu.
4. Lepaskan sarung bantal, letakkan bantal di kursi.


Mengganti alas tempat tidur (seprei)
5. Rapikan penutup kasur.
6. Letakkan seprei bersihseparuh tergulung memanjang menyebelah gulungan seprei kotor. Selipkan separuh seprei dan atur sudutnya dengan cara “mitre”.
7. Kalau menggunakan alas plastik gulung di setengah bagian tempat tidur lalu selipkan. Jika menggunakan alas khsus yang prelu diganti, tempatkan dahulu yang bersih setengah tergulung memanjang di samping yang kotor dan selipkan separuh sisanya. Kalau alas khusus ini bersih, tarik dan selipkan.
8. Palingkan pasien sehingga berbaring pada punggung, melewati kain yang tergulung terus ke sisi yang lain.tarik bantal perlahan ke sisi anda dan jaga agar kepala pasien tetap di atas bantal.
9. Pergilah ke sisi lain tempat tidur, tarik dan angkat alas yang kotor, luruskan penutup kasur. Kalau alas masih bersih dan tidak perlu diganti maka luruskan. “mitre” sudut-sudutnya dan selipkan di bawah kasur. Tarik masuk alas khusus dan lapis plastiknya lalu selipkan.
10. Kalau anda mengganti seprei, gulung seprei yang bersih.selipkan dan susun sudutnya dengan cara “mitre”. Lepaskan kembali gulungan dan selipkan lapisan plastik dan alas khusus tersebut.
11. Gulingkan pasien agar berbaring terlentang di tengah tempat tidur. Tempatkan pada posisi yang nyaman. Ganti sarung bantal apabila perlu dan tempatkan kembali.
Menggantikan selimut
12. Angkat tutup atas atau selimut yang menutupi pasien, kalau memang ada. Ganti dengan yang bersih apabila perlu. Bereskan tempat tidur, lipat tutup atas atau selimut dan “mitre” sudutnya. Lipat tutup atas di atas bedcover. Ganti tutup atas dan duvet sesuai kondisi.
13. Perhatikan agar pasien cukup nyaman.
Penanganan Akhir
Bersihkan semua peralatan. Letakkan kembali perabot yang tadi dipindahkan. Jangan lupa untuk mencuci tangan.
 Oleh dua perawat
1. Tempatkan kursi memunggungi tempat tidur.
2. Lepaskan semua alas.
3. Angkat semua bantal kecuali satu. Lepaskan sarungnya. Letakkan di atas kursi.
4. Angkat selimut dan alas teratas secara terpisah. Lipat sepertiga atas sampai ke tengah, juga sepertiga bagian bawah. Angkat bersama-sama dan letakkan di atas kursi. Masukkan kain di keranjang atau kantung plastik. Biarkan pasien tertutup satu lapis alas dan selimut kalau ruangan cukup dingin.
5. Palingkan ke satu sisi tempat tidur. Perhatikan agar kepalanya terletak di atas bantal dan kakinya tertopang dengan baik .
6. Pegang pasien kuat-kuat saat dia berada di pinggir tempat tidur, yang lain menggulung setiap alas secara terpisah ke bagian tengah tempat tidur . Kalau tidak di pasang yang baru, betulkan yang lama agar tidak berkerut. Buang semua kotoran yang ada di atas.
Mengganti alas tempat tidur (sprei)
7. Rapikan penutup kasur.
8. Pasang sprei separuh tergulung memanjang di sebelah yang kotor. Selipkan separuh sprei dan atur sudutnya dengan menyelipkannya
9. Kalau anda menggunakan alas plastik maka gulung tengah tempat tidur lalu selipkan. Kalau menggunakan alas yang perlu dig anti, tempatkan alas setengah tergulung memanjang, di samping alas kotor dan selipkan sisanya . Kalau alas khusus ini bersih, tarik dan selipkan.
10. Pindahkan bantal ke sisi lain, palingkan pasien ke atas kain tersebut ke sisi yang lain.
11. Tarik dan angkat alas yang kotor. Luruskan penutup kasur. Kalau alas masih bersih dan tak perlu diganti, rapikan sudut-sudutnya dan selipkan di bawah kasur. Tarik masuk alas khusus dan lapis plastiknya lalu selipkan.
12. Kalau anda mengganti sprei, gulung sprei, selipkan dan rapikan sudutnya. Lepaskan kembali gulungan dan selipkan lapisan plastik alas khusus tersebut
13. Gulingkan pasien agar terbaring terlentang di tengah tempat tidur, ganti sarung bantal jika perlu.
Mengganti tutup atas tempat tidur
14. Angkat tutup atas atau selimut yang menutupi pasien. Ganti dengan yang bersih. Bereskan tempat tidur, lipat tutup atas dan selimut, rapikan sudutnya. Lipat di atas bedcover.
15. Perhatikan agar pasien cukup nyaman.

Penanganan Akhir
Bersihkan semua peralatan dan kembalikan perabot yang tadi dipindahkan. Jangan lupa untuk mencuci tangan.

B. Membereskan tempat tidur pada pasien yang tidak dapat berbaring terlentang.
Jika kita mengurus seseorang yang tidak mampu berbaring terlentang ataupun keluar tempat tidur, maka sebaiknya modifikasi prosedur yang dijelaskan untuk tempat tidur yang ditempati pasien yang dapat berbaring.
1. Jangan palinkan pasien ke satu sisi. Tapi angkat dan dudukkan di ujung tempat tidur dengan kaki menggantung ke satu sisi
2. Topang kaki yang menggantung itu dengan meja penopang khusus atau kursi kalau tingginya memang sesuai.
3. Gulung semua alas ke bawah sampai ke bagian tengah tempat tidur.
4. Setelah beres pindahkan pasien ke bagian atas tempat tidur dan dudukkan pada posisi yang nyaman sementara kita mengangkat alas yang kotor dan membereskan bagian bawah.
5. Kalau bekerja sendiri gunakan bantal untuk menopang punggung pasien disaat pasien duduk.
6. Tugas kita akan lebih mudah jika ada yang membantu. Maka satu orang dapat menopang pasien sementara yang lain mengangkat alas yang kotor dan membereskan tempat tidur

kepemimpinan dalam manajemen kesehatan

BAB I

Latar Belakang

Banyak diantara kita yang berharap menjadi pemimpn suatu saat dan mengira bahwa memimpin adalah suatu proses dimana kita mempunyai bawahan atau pengikut yang banyak.

Pada umumnya, seorang pemimpin dipresepsikan sebagai seorang yang paling tinggi jabatannya dalam suatu lembaga atau organisasi dan dia yang mengatus banyak hal. Tapi, jika ditinjau dari individual saja, suatu individual adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, dimana individu mempunyai tugas sendiri untuk mengatur waktunya dalam pekerjaan, ibadah, interaksi social dan lain sebagainya.

Setiap orang bisa menjadi seorang terpimpin. Setiap orang mempunyai kiat-kiat tersendiri dalam memimpin baik dalam sebuah organisasi, diri sendiri sanpai negara. Pemimpin berwenang dalam memerintah, jika pemimpin itu memimpin suatu organisasi atau lembaga, dia mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain yang dengan perintah itu dapat menjalankan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ruang Lingkup Permasalahan

Bagaimanakah manajemen kepemimpinan dalam kesehatan?

Bagaimanakah manajemen kepemimpinan dalam keperawatan?

Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mampu memahami hakekat seorang pemimpin

Agar mahasiswa memahami manajemen kepemimpin dalam kesehatan dan praktik keperawatan.

Agar mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
LANDASAN TEORI

Pengertian Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan pada dasarnya adalah subjektif, dalam artian tidak diukur secara objektif. Menurut Sullivan dan Decker, kepemimpinan merupakan pengunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan suatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam pencapaian tujuan.

Selain itu, menurut Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses yang aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Sedangkan Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Dari tiga defenisi atau pandangan para ahli di atas , kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.

Seorang pemimpin tentunya bukanlah orang yang tidak mempunyai keahlian dalam mengatur anggotanya. Seorang pemimpin pasti memiliki suatu keahlian khusus sehingga ia dipercayakan menjadi seseorang pemimpin. Yang diperlukan dan harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Suarti dan Bahtiar (2007), yaitu:
1). Pemimpin memiliki kepemimpinan karismatik dan tidak dapat diukur kuantitasnya.
2). Memiliki kecerdasan, kepandaian, dan mempunyai pengetahuan kerja.
3). Sejak kecil terlihat adanya bakat sebagai pemimpin.
4). Memiliki sifat adil, cerdas, baik, realistis, dan lain-lain.
5). Memiliki keyakinan
6). Selalu tertarik untuk menyelesaikan pekerjaan.
7). Mengetahui tugasnya.
8). Pandai mengawasi dan menganalisa.
9). Kesanggupan mendelegasikan wewenang.
10). Menetapkan standar yang cukup tinggi.
11). Prestasi tunggu.
12). Dapat menerapkan dan meraih tujuan/ambisi/sasaran.
13). Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain.
14). Dapat menemukan dan menggunakan sumber daya secara tepat.
15). Dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan.
16). Belajar dari pengalaman langsung.
17). Memahami pengunaan kekuasaan.

Selain memiliki keahlian seperti yang telah disebutkan di atas, seseorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat berikut:
Keinginan untuk menerima tanggung jawab
Banyak para pemimpin yang hanya bertitle pemimpin, tapi tidak berani untuk bertanggung jawab dan melaksanakan. Seperti para pemimpin di pemerintahan yang masih ada keengganan untuk melaksanakan tanggung jawab meski ia mampu menerima tanggung jawab.

Kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
Seseorang pemimpin yang baik harus mampu menilai dirinya sendiri, memperbaiki kesalahannya dan mau menerima saran dari bawahannya mengenai sikapnya dalam memimpin.

Kemampuan untuk menentukan prioritas
Seseorang pemimpin yang baik harus mampu menentukan prioritas yang bermanfaat bagi orang banyak, tidak memprioritaskan kepentingan pribadi saja.

Kemampuan untuk berkomunikasi
Sering sekali antara pimpinan dan bawahan terjadi kesalah pahaman akibat pemimpin tidak mampu menyampaikan wewenangnya secara jelas agar dipahami oleh bawahannya. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang mengadakan komunikasi yang efektif.

Seorang pemimpin dapat digolongkan sebagai ’pemimpin yang sebenarnya’ dan pemimpin yang ’bukan pemimpin’. Maksudnya, ’pemimpin yang sebenarnya’ akan menjalankan tugasnya untuk kepentingan banyak orang dan kepentingan dirinya secara seimbang, agar tujuan bersama dapat dicapai. Sedangkan pemimpin yang ’bukan pemimpin’ sebenarnya hanya menjalankan tugasnya jaika tugas tersebut memiliki tujuan pribadi dan banyak merugikan orang banyak. Untuk membedakan kedua sifat tersebut, kita lihat tabel dibawah ini:

Pemimpin Bukan Pemimpin
1. Memberi semangat pengikutnya.
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan pengikutnya.
3. Menujukkan kepada pengikutnya bagaimana menjalankan suatu pekerjaan.
4. Memikul kewajiban/tanggung jawab.
5. Memeperbaiki kegagalan yang terjadi dalam pencapaian tugas. 1. Memaksa/menarik pengikutnya.
2. Menyelesaikan pekerjaan dengan mengorbankan pengikutnya.
3. Memberikan kekuatan dengan ancaman dan paksaan.

4. Melepaskan tanggung jawab.
5. Menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialami.


2.2 Teori Kepemimpinan
1. Teori ”Trait” (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marqus & Huston, 1998). Teori ini disebut dengan ”Great Man Theory”. Namun menurut teori kontemporer, kepimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir, kepemimpinan seorang dapat dipengaruhi dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.

2. Teori X dan Teori Y Mc Gregor
Mc Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari prilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada atasan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki kedua pihak, juga tergantung dari prakarsa yang diambil atasan (Swanburg, 2000)
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cendrung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan baha bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif (Nursalam, 2002).
Singkatnya ,
Gaya kepemimpinan paternalistik dan demokrasi cenderung penganut teori Y
Gaya kepimpinan yang tough (otoriter) cenderung penganut teori X

3. Teori Hersey and Blanchard
Menurut Hersey and Blanchard, kepimpinan didasarkan pada kemampuan dan kematangan (kedewasaan) stafnya. Seorang pemimpn akan mengembangkan kepimpinannya sesuai dengan kemampuan dan inisiatif stafnya.
Seorang pemimpin yang efektif harus mampu mengembangkan motivasi kerja stafnya sehingga staf mampu bekerja lebih produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3 Gaya Kepimpinan
Tidak semua pemimpin memiliki gaya kepimpinan yang sama dalam memimpin anggotanya. Menurut Suarli dan Bahtiar (2007), gaya kepemimpinan ialah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan antara tujuan organisasi dan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan . Gilles (1970), menyatakan bahwa gaya kepimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku sesorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian sesorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
A. Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y
1). Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepimpinan yang dilakukan dengan menimbulakan ketakutan serta mengunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dan pelaksanaan teori X.
2). Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya hampis sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak dapat dibenarkan. Gaya ini merupakan pelaksaan dari teori X.
3). Gaya Kepimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini dasarnya sesuai dengan teori Y.
4). Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihatkarena segala keputusan diserahkan kepada bawahan. Gaya kepimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kepimpinan Dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dana asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Seperti yang dijelaskan, jika semua individu ingin menjadi pemimpin dalam pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan tentunya akan sulit. Oleh karena itu dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengatur cara individu yang berjumlah banyak dalam melaksanakan tugasnya. Agar tujuan keperawatan tercapai dperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepimpinan.
Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi:
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Sumua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat perencanaan kegiatan di ruangan.

2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar. Untuk itu diperlukan kemampuan dalam hubungan antara manusia dan teknik-teknik keperawatan.

3. Pemberian Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukan cara menggunakan berbagai metoda mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawataan. Hal ini akan membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.

4. Mendorong Kerja sama dan Partisipasi
Kerja sama diantara perawat perlu ditingkat dalam melaksanakan keperawatan. Seseorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerja sama dengan pemimpin bukan untuk dibawah pimpinan. Kerja sama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai.

5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.

6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf.



3.2 Kompetensi yang harus Dimiliki oleh Manajer Keperawatan dalam Meningkatkan Efektivitas Kepemimpinan

Kompetensi yang harus dimiliki Manajer Keperawatan telah dilaksanakan suatu penelitian 313 tenaga kesehatan di Austalia (Harris & Belakley, 1955). Kompetensi tersebut dikatagorikan menjadi 7 yaitu:

KOMPETENSI PENJABARAN

1.Kepemimpinan
Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfalisitasi kegiatan

Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan tugas dan menerima tanggung jawab
Menseleksi dan memilih pegawai yang tepat
Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
Mengkonsultasikan dengan staf dan orang lain diluar organisasi yang sesuai tentang keadaan organisasi
Mengenal kapan peraturan harus dilaksankan (fleksibilitas)

2.Pengambilan keputusan & Perencanaan
Berfikir ulang dan menyusun kembali priorotas organisasi
Merespon secara cepat dan tepat tentang perubahan yang tidak diharapkan
Mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan anggaran
Memberikan pedoman dan arahan tentang keputusaan dan organisasi melalui pengetahuan dari pemerintahan daerah, provinsi dan nasional
Menginterprestasikan perubahan industri dan mengimplementasikan dalam organisasi
Menginterprestikan perubahan ekonomi staf
Menempatkan organisasi sebagai bagian yang penting

3.Hubungan Masyarakat/Komunikasi
Empati, mendengar dan tanggap terhadap semua pernyataan orang lain.
Menciptakan situasi yang kondusif dalam komunikasi
Membaca dan tanggap terhadap situasi politik yang terjadi
Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi (verbal/nonverbal) dalam mempengaruhi orang lain
Berkomunikasi secara efektif melalui tulisan
Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam atau diluar organisasi
Menggunakan media untuk pemasaran /keuntungan organisasi

4.Anggaran
Bertanya dan melihat rencana sebelumnya
Mengontrol budged
Menginterprestasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
Merencanakn jauh ke depan (misalnya 5 tahun ke depan)
Menggunakan pengukuran dan rata-rata industri
Menyediakan resiko terhadap kekurangan keuangan
Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan

5.Pengembangan
Mengembangkan tim kerja yang efektif
Mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antar staf
Memberikan umpan balik yang positif
Menerapkan peran mentor yang efektif
Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
Mengembangkan meningkatkan dan mereview indikator organisasi

6.Personaliti
Memfokuskan satu atau lebih dari dua kejadian dalam suatu periode
Mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas pelayanan
Mengambil keputusan yang tepat
Mengelola stress individu
Menerima sesuatu terhadap kejadian yang tidak diharapkan
Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas keberhasilan pencapaian tujuan

7.Negosiasi
Mengidentifikasi dan mengelola konflik
Memfalisitasi perubahan
Mendemonstrasikan pemahaman tentang perbedaan suatu pendapat
Melakukan negosiasi dengan baik
Mengklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
Melakukan negosiasi dengan staf, kelompok dan organisasi luar
Menjadi mediator terjadinya konflik antara staf dan kelompok.