Sabtu, 21 Maret 2009

Askep Pneumonia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Pnemonia dikatagorikan ISPA yang mencakup saluran pernafasan bagian bawah. Karena infeksinya mengenai paru-paru.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang kelompok kami angkat dalam makalah ini adalah “apakah yang di maksud dengan Pneumonia?”


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Untuk Memahami apa yang dimaksud dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Bawah yaitu Pneumonia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian dari Pneumonia
2) Untuk mengetahui anatomi dari Pneumonia
3) Untuk mengetahui etiologi dari Pneumonia
4) Untuk mengetahui patofisiologi dari Pneumonia
5) Untuk mengetahui diagnosis banding dari Pneumonia
6) Untuk mengetahui kaitan dengan aspek etik dari Pneumonia
7) Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan dan Kebutuhan dasar manusia dari Pneumonia
8) Untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa pada Pneumonia
9) Asuhan Keperawatan pada Pneumonia

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pnemonia
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai jaringan paru (alveoli) (DEPKES, 2006).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jarinan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Zul Dahlan, 2006).
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan demam, batuk dan sesk nafas. Selain gambaran umumnya seperti yang telah disebutkan, pneumonia dapat di kenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (rontgent, laboratorium) (Masmoki, 2007).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pnuemonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Paru-paru terisi oleh cairan/puss sehingga terjadi gangguan pernafasan, akibatnya kemampuan paru-paru menyerap oksigen berkurang.
Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada pasien pneumonia adalah:
 batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
 nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)
 menggigil
 demam
 mudah merasa lelah
 sesak nafas
 sakit kepala
 nafsu makan berkurang
 mual dan muntah
 merasa tidak enak badan
 kekakuan sendi
 kekakuan otot.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
 kulit lembab
 batuk darah
 pernafasan yang cepat
 cemas, stres, tegang
 nyeri perut.
2.2 Pembagian Berdasarkan Anatomi
Pembagian pneumonia berdasarkan anatomisnya, dibagi atas 3 bagian:
1. Pneumonia Lobaris;
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia);
3. Pneumonia interstitialis (bronkiolitis);

2.3 Etiologi Pneomonia
Pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikoplasma/mioplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Pneumonia pada bayi baru lahir berawal dari pecahnya ketuban sebelum waktunya yang menyebabkan infeksi pada cairan ketuban. Janin terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan menghirupnya sehingga masuk ke dalam paru-paru.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah Streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, virus antara lain virus influensa.
1) Pneumonia Oleh Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit gangguan pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.
2) Pneumonia Oleh Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak-anak) gangguan ini bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
3) Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dunia II. Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati. Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.
4) Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan , gas, debu maupun jamur.
Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi Paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.
Organisme yang menyebabkan pneumonia, kemudian, biasanya organisme tersebut memasuki paru-paru ini berdasarkan pertahanan tubuh seseorang. Namun, ketika seseorang mendapatkan invasi sejumlah besar organisme sekaligus, pertahanan tubuh mungkin roboh, dan infeksi mungkin terjadi. Hal ini dapat terjadi baik oleh menghirup udara yang tercemar, atau oleh lingkungan masyarakat yang endemik pada ventilasi udaranya.
Selain hubungan internal dan jumlah organisme yang cukup untuk menginfeksi, kondisi tertentu dapat membuat seseorang lebih cenderung menjadi pneumonia. Dan struktur anatomis yang cacat dapat menyebabkan meningkatnya risiko pneumonia. Misalnya, ada beberapa cacat yang diwarisi contohnya silia yang kurang efektif dalam perlindungan. Seperti asap rokok dihirup langsung oleh perokok atau ketidak pedulian untuk mencuci tangan, ketidakberjalanan fungsi silari, serta fungsi magrofag.
Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:
 Peminum alkohol
 Perokok
 Penderita diabetes
 Penderita gagal jantung
 Penderita penyakit paru obstruktif menahun
 Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker,penerima organ cangkokan)
 Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).
Faktor genetik juga mempengaruhi kerentanan untuk pneumonia. Beberapa perubahan dalam DNA terjadi untuk mempengaruhi beberapa pasien beresiko menjadi seperti pneumonia sebagai komplikasi dari infeksi tiba-tiba.
Pneumonia juga salah satu komplikasi infeksi yang paling sering dari semua jenis operasi. Banyak obat-obatan yang digunakan selama dan setelah operasi bisa meningkatkan resiko aspirasi, mengurangi batuk refleks tersebut, dan menyebabkan pasien untuk ekspirasi paru-paru mereka dengan udara. Nyeri setelah operasi juga membuat seorang pasien untuk tidak bernafas cukup mendalam, dan dari batuk secara efektif.
Perlakuan radiasi untuk kanker payudara meningkatkan risiko radang paru-paru di beberapa pasien oleh melemahnya jaringan paru-paru.

2.4 Patofisiologi Pnemonia
Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen, system yang paling penting untuk menghasilkan energi untuk sel-sel tubuh. Inspirasi udara (udara di nafas Anda) berisi oksigen, dan perjalanan pernafasan bawah bronkus ke alveoli. Oksigen yang bergerak dari alveoli dan sirkulasi dikirim ke seluruh tubuh sebagai bagian dari sel darah merah. Kandungan oksigen dalam udara inspirasi adalah komunikasi dalam alveoli untuk produk limbah metabolisme manusia, karbon dioksida. Udara nafas Anda berisi gas yang disebut karbon dioksida (CO2). Gas yang dikeluarkan oleh alveoli. Pertukaran gas akn terjadi seperti ini berulang, Anda menghirup oksigen, setelah itu yang Anda hembuskan karbon dioksida.
Paru-paru manusia yang sehat adalah steril. Tidak ada parasit yang biasa seperti virus atau bakteri (tidak seperti sistem pernafasan atas dan bagian dari sistem gastrointestinal, dimana bakteri berdiam bahkan dalam keadaan sehat). Ada beberapa lapis penjagaan di sepanjang jalan dari sistem pernafasan. Ini dirancang untuk menjaga invasi oleh organisme untuk infeksi.
Garis pertama pertahanan termasuk bulu dalam nostrils (rambut hidung), yang berfungsi sebagai filter untuk partikel besar. Katup nafas (epiglotis) yang merupakan pintu masuk, yang dirancang untuk mencegah makanan tertelan atau benda lain memasuki laring dan trakea. Batuk dan bersin, terjadi karena adanya irritant dalam sistem pernafasan, membantu untuk mengeluarkan irritant dari sistem pernafasan.
Mukus yang dihasilkan melalui sistem pernafasan, juga berfungsi untuk perangkap debu dan infeksi organisme. Rambut kecil seperti proyeksi (silia) dari sel lapisan sistem pernafasan berfungsi menyeleksi benda asing. Keduanya membawa hasil saringan oleh oleh mukus ke atas dan keluar dari saluran pernafasan. Ini adalah mekanisme perlindungan disebut sebagai mucociliary eskalator.
Sel lapisan sistem pernafasan menghasilkan beberapa jenis zat kekebalan tubuh yang melindungi terhadap berbagai organisme. Lain sel (disebut makrobfag) di sepanjang saluran pernafasan sebenarnya berguna untuk membunuh invasi organisme.
2.5 Diagnosis Banding
Pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis. Keadaan yang menyerupai pneumonia ialah: gagal jantung, aspirasi benda asing, atelaktasis, abses paru, tuberculosis.

2.6 Keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa
Tujuan fisioterapi dada adalah untuk membuang sekresi, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efesiensi pernafasan. Kemampuan mahasisiwa dalam fisioterapi dada yaitu termasuk postural drainase, perkusi dan vibrasi dada, latihan pernafasan/latihan ulang pernafasan dan batuk efektif.
1. Postural Drainase
 Pengertian
Postural drainase adalah peggunaan posisi bersama dengan perkusi dan vibrai untuk mengeluarkan secret dari bagian tertentu di paru dan bronki ke dalam trakea. Dengan cara mnggunakan gaya berat dari secret itu sendiri.
 Tujuan
Memfalisitasi drainase dan ekspektorasi dari paru dan sekresi bronchial dari area khusus dengan pemberian posisi yang tepat pada pasien.
 Indikasi
Kondisi paru bronchitis, fibro sistik, pneumonia, asma, abses paru, penyakit paru obstruksi. Juga untuk profilaksis pasca operasi: orakotomi dan pneumonia stasis.
 Kontraindikasi
Harus diperhatikan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, peningkatan tekanan intrakranial, disapnea dan lansia.

2. Claping (perkusi dada)
Claping dilakukan dengan mengetuk dinding dada di atas daerah yang akan didrainase. Tangan diposisikan sehingga jari-jari dan ibu jari saling menyentuh, tangan membentuk mangkuk. Perkusi pada permukan dinding dada akan mengirimkan gelombang berbagai amplitude dan frekwensi melalui dada sehingga mengukur konsistensi dan lokasi sputum.
Kontraindikasi bagi klien yang mengalami gangguan pendarahan, osteoporosis atau fraktur tulang iga. Dan tidak dapat dilakukan pada pasien emboli paru, hemoragi, aksaserbasi, nyeri hebat (pasien kanker).

3. Vibrasi
Vibrasi merupakan tekanan halus yang menggoyang yang diberikan pada dinding dada hanya selama ekshalasi. Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara yang terperangkap dan menggoyang mukus sehinggalepas dan menyebabkanbatuk. Tidak direkomendasikan pada bayi dan anak kecil.

4. Batuk Efektif
Batuk memungkinkan klien untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Dapat dilakukan dengan memberi intruksi agar pasien dapat memulai dengan nafas dalam, dan mengeluarkan sputup saat ekspirasi dilakukan.




2.7 Asuhan keperawatan pada Pneumonia
2.9.1 Pengkajian
1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Insomnia
Tanda : Latargi
Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2) SIRKULASI
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis.
Tanda : Takikardi.
Penampilan kemerahan atau pucat.
3) INTEGRITAS EGO
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial.

4) MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Riwayat DM.
Tanda : Destensi Abdomen.
Hiperaktif bunyi usus.
Kulit kering dengan turgor buruk.
Penampilan Kakeksia (malnutrisi)

5) NEUROSENSORI
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (Influenza).
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen).

6) NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Sakit Kepala
Nyeri dada (pluritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada subtermal (Influenza).
Malgia, artralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

7) PERNAPASAN
Gejala : Riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret.
Takipnea, disapnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronkial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.

8) KEAMANAN
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun. Misalnya, SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemotrapi, instusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam (misalnya, 38,5-39,60C).
Tanda : Berkeringat.
Menggigil berulang, gemetar.
Kemerahan mungkin ada pada kasus rubela atau varisela.

9) PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana Pemulangan : Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.
Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
2.9.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
I. Diagnosa keperawatan:
Kerusakan Pertukaran Gas
berhubungan dengan : Pneumonia
ditandai dengan : batuk produktif menetap, nafas cepat, sesak nafas, rales, analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna klit sianosis atau keabu-abuan, bunyi nafas tak normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal rendah.
Tujuan umum : mendemontrasikan perbaikan ventilasi.
Tujuan khusus : bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas normal, frekwensi nafas 12-24 per menit, frekwensi nadi 60-100x/mnt, tidak ada batuk, meningkatnya volume inspirasi pada spirometer insentif.

Intervensi Rasional
Pantau:
 Status pernafasan tiap 8 jam
 Tanda vital tiap 4 jam
 Hasol analisa gas darah, foto ronsen, pemeriksaan fungsi paru. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Berikan ekspektoran (kolaborasi) sesuai dengan anjuran dan avaluasi keefektifannya. Tinjau kembali seluruh obat-obatan yang diberikan dan hindari efek samping akibat interaksi dari satu obat dengan obat lainnya. Jadwalkan pemberian obat-obatan untuk mencapai efek terapeutik maksimal. Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat keluar pada saat batuk.
Dorong pasian untuk minum minimal 2-3 liter cairan setiap hari.
Untuk membantu mengelurkan sekresi. Cairan juga untuk membantu mengalirkan obat-obatan dalam tubuh.
Lakukan pengisapan jika pasien menderita kongesti paru tetapi reflrk batuk tidak baik atau terjadi penurunan kesadaran. Pengisapan membersihkan jalan nafas.
Dorong pasien untuk berhenti merokok. Nikotin dapat menyebankan penyempitan.
Pertahankan posisi Fowler’s atau semi Fowler’s. Posisi tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan tekanan abdomen pada diafragma.
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuai kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darah. Jika pasien harus ke unit lain, berikan oksigen portebel. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernafasan untuk pemasangan kanula nasal. Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernafasan dengan menyediakan lebih banyak oksigen untuk diirim ke sel, walaupun kosentrasi oksigen yang lebih tinggi dapat dialirkan melalui maskr oksigen, namun hal tersebutsering kali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distress pernafasan.
Tergantung dari kebijakan, fasilitas dan prosedur atur pemberian terapi pernafasan sesuai dengan anjuran, konsul ke bagian terapi pernafasan atau dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal nafas terjadi diantara jadwal pengobatan. Ahli terapi pernafasan adalah spesialis dalam perawatan pernafasan dan bisanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan faslitas pengobatan yang ada (nebulisasi, drainase postural dan perkusi). Pengobatan aerosol yang biasanya digunakan ialah bronkodilator dan agen mukolitik untuk membantu mengurangi gagal nafas.
Kolaborasi dengan dokter jika gejala-gejala pernafasan yang ada bertambah berat. Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi
Ikuti prosedur pencegahan umum atau pencegahan khusus (menggunakan masker untuk pencegahan penularan melalui pernafasan, menggunakan sarung tangan ketika mengani sekresi tubuh atau darah). Berikan tempat/ kantong sampah yang menempel pada tempat tidur untuk pembuangan sampah dan tisu yang benar. Untuk pencegahan penularan penyakit.
Pertahakan kontrol nyeri yang adekuat, jika pasien secara verbal menyatakan sakit pada pleura (nyeri pleuritik) khususnya sebelum latihan tarik nafas dalam. Monitor pasien secara ketat, setelah pemberian sedatif atau nafkotik. Hindari penggunaan obat tersebut jika frekwensi nafas 12/mnt atau kurang. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik yang dianjurkan. Pasien cenderung melakukan ekspansi toraks terbatas untuk mengontrol nyeri pleuritik. Ekspansi toraks yang terbatas dapat menunjang terjadinya hipoventilasi dan atelektasis. Depresi pernafasan merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian narkotik dan sedatif.
Dorong pasien untuk melakukan nafas dalam tiap 2 jam sekali dengan menggunakan spirometer insentif dan catat perkembangannya. Nafas dalam dapat mengembangkan alveolus dan mencegah atelektasis. Spirometer insentif dapat membantu meningkatkan nafas dalam dan memungkinkan ukuran yang objektif terhadap kemajuan pasien.


II. Diagnosa keperawatan:
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan : Demam, diaforesisdan masuk oral sekunder terhadap proses pneumonia
ditandai dengan : menyatakan haus, hipernatremia, mukosa membran kering, urine kental, turgor buruk, berat badan kurang setiap hari, frekwensi nadi lemah, tekanan darah menurun.
Tujuan Umum : mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Tujuan Khusus : haluan urine >30 ml/jam, BJ urine 1,005-1,0025. Natrium serum dalam batas normal, mukosa membrane lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berat badan, tidak mengeluh kehausan.
Intervensi Rasional
Pantau:
 Masukan dan haluaran setiap 8 jam
 Timbang berat badan tiap hari
 Hasil pemeriksaan analisa urine dan elektrolit serum.
 Kondisi dan mukosa membran Untuk mengidentifikasikan kemajuan-kemajuan atau penyimapangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosismpemeliharaan dan tindakan-tindakan pencegahan. selama fase akut, pasien terlalu lemah dan sesak, untuk meminum cairan peroral secara adekuat dan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat. Jika ada demam maka kebutuhan cairan akan meningkat, karena:
 Keringat yang berlebihan, yang terjadi jika demam membaik.
 Meningkatnya penguapan yang terjad karena vasodilatasi perifer. Hal tersebut terjadi sebagai mekanisme kompensasi yang digunakan oleh tubuh untuk mengelurkan panas.
Berikan cairan peroral sekurang-kurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong pasien untuk minum cairan yang bening yang menganung kalori. Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh., serta menurunkan demam. Cairan bening mencairkan mucus, kalori membantu menanggulangi kehilangan berat badan.
Kolaborasikan dengan dokter jika tanda-tanda kekurangan cairan menetap dan bertambah berat. Ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

III. Diagnosa keperawatan:
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan : kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia
ditandai dengan : menyatakan sesak nafas dan lelah dengan aktivitas minimal
diaforesis
takipnea, dan takikardi, pada aktivitas minimal.
Tujuan Umum : peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Tujuan Khusus : pasien dapat melakukan AKS, dapat berjlan lebih jauh tanpa mengalami nafas cepat, sesak nafas dan kelelahan.
intervensi rasional
Monitor frekwensi nadi dan frekwensi nafas sebelum dan sesudah aktivitas. Untuk mengidentifikasikan kemajuan-kemajuan atau penyimapangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Tunda aktivitas jika frekwensi nadi dan frekwensi nafas meningkat secara cepat dan pasien mengeluh sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi Gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya intoleran aktivitas. Konsumsi oksigen meningkat jika aktivitas meningkat, daya tahan dapat lebih lama, jika ada waktu istirahat diantara waktu aktivitas.
Bantu pasien dalam melakukan AKS sesuai dengan kebutuhannya. Beri pasien istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktivitas.pertahankan terapi oksigen selama aktivitas, lakukan tindakan pencegahan terhadao komplikasi akibat imobilisasi, jika pasien dianjurkan bedrest lama Untuk menyimpan energi
Kolaborasi dengan dokter jika sesak nafas tetap ada atau bertambah berat saat istirahat. Ini merupakan mulai timbulnya komplikasi.

IV. Diagnosa Keperawatan:
Kerusakan Pertukaran Gas
berhubungan dengan : Perubahan membrane alveolar-kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva oksihemoglobin), gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi)
ditandai dengan Dispnea, sianosis, takikardi, gelisah, perubahan mental, hipoksia.
Tujuan Umum : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distess pernafasan.
Tujuan Khusus : berpartisipasi pada tindakan ntuk memaksimalkan oksigenisasi.
intervensi rasional
Mandiri
Kaji frekwensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/ indikasi drajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral). Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukan hipoksia sistemik.
Kaji status mental. Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukan hipoksemia/ penurunan oksigen serebral.
Awasi frekwensi jantung/irama. Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman untuk menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut tambahan/menghilangkan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau. dingin Demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan influenza)sangan meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenisasi seluler.
Pertahankan istirahat tidur. Dorong dengan menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang. Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif. Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Rujuk pada DK:Bersihan Jalan Nafas)
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan. Jawab pertanyaan dengan jujur. Kunjungi dengan sering, atur pertemuan/kunjungan oleh orang terdekat/pengunjung sesuai indikasi. Ansietas adalah menifestasi klinis masalah psikologis sesuai dengan respon fisiologis terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dan menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologis,
Observasi penyimpangan kondisi, catan hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah. Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumoni dan membutuhkan intervensi medik dengan segera.
Siap untuk pemindahan ke unit perawatan kritis bila diindikasikan. Intubasi dan ventilasi mekanik mngkin diperlukan pada kejadian kegagalan pernafasan.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan nasal prong, masker, masker Venturi.
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mm Hg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengirman tepat dalam toleransi pasien.
Awasi GDA, nadi oksimetri. Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

V. Diagnosa Keperawatan:
Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Berhubungan dengan: ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan)
Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun) penyakit kronis, malnutrisi.
Berhubungan dengan: -
Tujuan Umum : mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
Tujuan Khusus : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan resiko infeksi.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda vital dengan kuat, khususnya selama awal terapi.
Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi syok) dapat terjadi.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran secret, misalnya meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
Tunjukan/dorong teknik mencuci tangan dengan baik. Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.
Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik. Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual. Tergantung pada type infeksi, respon terhadap antibiotik, kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat. Memudahkan proses penyembuhandan meningkatkan tahanan alamiah.
Awasi keefektifan antimikrobial. Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24-48 jam.
Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan karakteristik sputum. Penyembuhan melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan terhadap antibiotik atau infeksi sekunder. Komplikasi mempengaruhi beberapa/ semua system organ termasuk abses paru/empiema, bakteremia, perikarditis, endokarditis, meningitis/ensefalitis dan superinfeksi
Kolaborasi
Berikan anti microbial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah, misalnya penisilin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sefalosporin, amantadin.
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisasi campuran.

VI. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri(akut)
Berhubungan dengan : Inflamasi parenkim paru
Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
Batuk menetap
Ditandai dengan : Nyeri dada pleuritik
Sakit kepala, otot/nyeri sendi.
Melindungi area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
Tujuan Umum : menyatakan nyeri hilang/terkontrol.
Tujuan Khusus : menunjukkan rileks, istirahat tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.
Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumoni, juga dapat timbul dalam komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
Pantau tanda vital Perubahan frekwensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi, latihan nafas. Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk (Rujuk pada DK: Bersihan Jalan Nafas). Alat untuk mngontrol ketidaknyamanan dada serta meningkatnya keefektifan upaya batuk.
Kolaborasi
Barikan analgesik dan antutusif sesuai indikasi.
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

VII. Diagnosa keperawatan:
Resiko Tinggi terhadap Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan dengan : Peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, bau dan rasa sputum, dan pengobatan aerosol.
Distensi/abdomen/gas yang berhubungan dengan menelan udara selama episode dispnea.
Ditanda dengan : -
Tujuan Umum : menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Tujuan Khusus : mempertahankan/meningkatkan berat badan.
Intervensi Rasional
Mandiri
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Pilih intervensi tergantung pada penyebab masalah.
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/Bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindahan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan. Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
Jadwalkan pengobatan pernafasan 1 jam sebelum makan Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen. Bunyi usus mungkin akan menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
Brikan makan porsi kecil dan sering temasuk makanan kering (roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan maskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan lambatnya respon terhadap terapi.

VIII. Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)
Berhubungan dengan : Kurang terpejanan
Kesalahan interprestasi
Kurang mengingat
Ditandai dengan : permintaan informasi
Pernyataan kesalahan konsep
Kegagalan memperbaiko/berulang
Tujuan Umum : menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan.
Tujuan Khusus : melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi.
Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkanya dengan program pengobatan.
Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identifikasi perawatan diri dan kebutuhan/sumber pemeliharaan rumah. Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat atau membaik, kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagai bentuk dukungan dan bantuan.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal. Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/mengikutu program medik.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk fektif/latihan pernafasan. Selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar untuk kambuh dari pneumonia.
Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat magrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari kerumunan selama musim filek/flu dan orang yang mengelami infeksi saluran nafas atas. Meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas membatasi terpejan pada patogen.
Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksin/imunisasi dengan cepat. Dapat mencegah kmbuhnya pneumonia dan komplikasi yang berhubungan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi keperawatan kesehatan, misalnya meningkatnya dispnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam/mengigil, menetapnya betuk produktif, perubahan mental. Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/meminimalkan komplikasi.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya, diantaranya:
 Pnuemonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru .
 Gejala-gejala : batuk berdahak, nyeri dada, Menggigil, Demam, mudah merasa lelah, sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual dan muntah, merasa tidak enak badan, kekakuan sendi, kekakuan otot.
 Pembagian menurut anatomi paru: Pneumonia Lobaris, Pneumonia lobularis (bronkopneumonia), Pneumonia interstitialis .
 Etiologi : Pneumonia Oleh Bakteri, Pneumonia Oleh Virus, Pneumonia Mikoplasma, Pneumonia Jenis Lain (ex: jamur).
 Asuhan keperawatan pd Pneumonia, Pengkajian: AKTIVITAS/ISTIRAHAT, SIRKULASI, INTEGRITAS EGO, MAKANAN/CAIRAN, NEUROSENSORI , NYERI/KENYAMANAN, PERNAPASAN, KEAMANAN, PENYULUHAN/PEMBELAJARAN .
 Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Pertukaran Gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Intoleran aktivitas, Kerusakan Pertukaran Gas, Resiko Tinggi Terhadap Infeksi, Nyeri(akut), Resiko Tinggi terhadap Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan).
 Intervensi dan Implementasi : Sesuai dengan diagnosa masing-masing.

 Evaluasi : Evaluasi terhadap tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Edisi 8. EGC: Jakarta
Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48


http://209.85.171.104/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.wrongdiagnosis.com/p/pneumonia/intro.htm&prev=/search%3Fq%3Dpnemonia%26start%3D30%26hl%3Did%26sa%3DN&usg=ALkJrhix9XLbVLlZI-bHNQYDyS-6CmYgGg
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf/11_MetodePemilihanAntibiotika.html
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/pneumonia-topic-overview

Tidak ada komentar:

Posting Komentar